10 Kekuatan Asmaul Husna Dibedah UBER (Ustadz H. Brilly El-Rasheed, M.Pd.) Sesuai Al-Qur`an dan As-Sunnah
Umat Islam meyakini Asmaul Husna berarti bertauhid. Apapun urusannya, Asmaul Husna solusinya. Kita sebagai hamba Allah tidak butuh selain Allah. Semakin banyak kita memanggil-manggil Allah semakin besar peluang diperhatikan Allah dan ditolong oleh-Nya. Panggil Allah dengan salah satu Asmaul Husna berkali-kali atau salah dua atau salah tiga dan seterusnya. Iringi dengan isi permohonan kita baik kita ucapkan dalam lisan atau kita pendam dalam pikiran. Pada saat yang sama, yang kita pikirkan ialah Allah mengabulkan permohonan kita sesuai Asmaul Husna yang kita baca.
Quantum Fiqih mengelaborasi, sepuluh kekuatan Asmaul Husna: (1) Membuka peluang besar terkabulnya doa sesuai isi doa; (2) Memperbaiki akhlaq; (3) Memasukkan ke Surga; (4) Membuat Allah ridha; (5) Memperlancar urusan; (6) Menyembuhkan sakit; (7) Menstabilkan batin; (8) Meningkatkan Derajat; (9) Menghindarkan Maksiat; (10) Menghapus Efek Dosa.
Asmaul Husna dapat membuka peluang besar terkabulnya doa sesuai isi doa. Imam Asy-Syaukaniyy juga mengutip satu riwayat lain terkait Asmaul Husna, Dan Al-Baihaqiyy meriwayatkan, dari ‘Aisyah bahwa ia berkata, “Wahai Rasulullah, ajarilah aku nama Allah yang apabila Dia dipanggil dengannya, Dia akan menjawab (doa).” Maka beliau bersabda kepadanya, “Berdirilah, lalu berwudhulah, kemudian masuklah ke masjid, lalu shalatlah dua rakaat, kemudian berdoalah agar aku bisa mendengarnya.” Maka ‘Aisyah pun melakukannya. Ketika ia telah duduk untuk berdoa, Nabi berkata, “Ya Allah, beri dia taufiq.” Maka ‘Aisyah pun berdoa (dari kreasinya sendiri), “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dengan seluruh nama-nama-Mu yang indah, semuanya, baik yang kami ketahui di antaranya maupun yang tidak kami ketahui. Dan aku memohon kepada-Mu dengan nama-Mu yang agung, paling agung, besar, paling besar, yang jika ada orang berdoa kepada-Mu dengannya, Engkau kabulkan, dan jika ada orang meminta kepada-Mu dengannya, Engkau beri.” Maka Nabi bersabda, “Engkau telah menemukannya! Engkau telah menemukannya!” [Tafsir Fat-h Al-Qadir]
Asmaul Husna dapat memperbaiki akhlaq. Selalu fungsikan dalam setiap doa dan akhlaq yang relevan. Al-Asma` Al-Husna wajib menjadi karakter positif kita sesuai kapasitas sebagai manusia, bukan Tuhan. Allah Ar-Razzaq maka kita harus punya karakter membagikan rizqi Allah kepada sesama makhluq. Allah Al-Quddus maka kita harus punya karakter menjauhi najis dan dosa. Allah Al-Bari` maka kita harus punya karakter kreatif menciptakan hal-hal bermanfaat. Allah As-Salam maka kita harus punya karakter memberikan keselamatan kepada siapapun hamba Allah.
Diriwayatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berperilakulah kalian sebagaimana perilakunya Allah.” Syaikh Hasan bin Mahmud Al-Mudhhiriyy berkomentar, “Yakni, semestinya di dalam diri kalian ada sifat-sifat Allah yang memungkinkan ada pada diri seorang makhluk. Jadilah kalian orang-orang yang menyayangi hamba-hamba Allah sebagaimana Allah menyayangi para hamba-Nya. Demikian pula dengan sifat-sifat lainnya seperti dermawan, lemah lembut, dan lainnya.” [Al-Mafâtih fî Syarh Al-Mashâbîh, Kuwait, Dar An Nawadir, 2012, jilid I, halaman 417]
Ada hadits dhaif yang diriwayatkan dan diterima oleh sejumlah pakar hadits klasik dan didokumentasikan oleh Imam As-Suyuthiyy, “Allah memiliki 117 akhlaq. Siapa yang menghadap-Nya dengan beberapa akhlaq darinya, maka ia kelak akan masuk Surga” [Al-Jami’ Ash-Shaghir]
Asmaul Husna dapat memasukkan ke Surga. “Dari Abu Hurairah radiyallahu anhu, Bahwasanya Rasulullah bersabda, ‘Sesungguhnya Allah mempunyai sembilan puluh sembilan nama, barangsiapa yang menjaganya maka ia akan masuk surga. Allah yang tiada Tuhan selain Dia, الرَّحْمـٰنُ Yang Maha Pengasih, الرَّحِيْمُ Yang Maha Penyayang, الْمَلِكُ Yang Maha Merajai/Memerintah, الْقُدُّوْسُ Yang Mahasuci, السَّلاَمُ Yang Maha Memberi Kesejahteraan الْمُؤْمِنُ Yang Maha Memberi Keamanan الْمُهَيْمِنُ Yang Maha Pemelihara, الْعَزِيْزُ Yang Memiliki Mutlak Kegagahan, الْجَبَّارُ Yang Maha Perkasa, الْمُتَكَبِّرُ Yang Maha Megah, الْخَالِقُ Yang Maha Pencipta, الْبَارِئُ Yang Maha Melepaskan, الْمُصَوِّرُ Yang Maha Membentuk Rupa (makhluknya), الْغَفَّارُ Yang Maha Pengampun, الْقَهَّارُ Yang Maha Memaksa, الْوَهَّابُ Yang Maha Pemberi Karunia, الرَّزَّاقُ Yang Maha Pemberi Rizqi, الْفَتَّاحُ Yang Maha Pembuka Rahmat, الْعَلِيْمُ Yang Maha Mengetahui (Memiliki Ilmu), الْقَابِضُ Yang Maha Menyempitkan (makhluknya), الْبَاسِطُ Yang Maha Melapangkan (makhluknya), الْخَافِضُ Yang Maha Merendahkan (makhluknya), الرَّافِعُ Yang Maha Meninggikan (makhluknya), الْمُعِزُّ Yang Maha Memuliakan (makhluknya), الْمُذِلُّ Yang Maha Menghinakan (makhluknya), السَّمِيْعُ Yang Maha Mendengar, الْبَصِيْرُ Yang Maha Melihat, الْحَكَمُ Yang Maha Menetapkan, الْعَدْلُ Yang Mahaadil, اللَّطِيْفُ Yang Mahalembut, الْخَبِيْرُ Yang Maha Mengetahui Rahasia, الْحَلِيْمُ Yang Maha Penyantun, الْعَظِيْمُ Yang Mahaagung, الْغَفُوْرُ Yang Maha Pengampun, الشَّكُوْرُ Yang Maha Pembalas Budi (Menghargai), العَلِيُّ Yang Maha Tinggi, الْكَبِيْرُ Yang Maha Besar, الْحَفِيْظُ Yang Maha Menjaga, الْمُقِيْتُ Yang Maha Pemberi Kecukupan, الْحَسِيْبُ Yang Maha Membuat Perhitungan, الْجَلِيْلُ Yang Mahamulia, الْكَرِيْمُ Yang Maha Pemurah, الرَّقِيْبُ Yang Maha Mengawasi, المُجِيبُ Yang Maha Mengabulkan, الْوَاسِعُ Yang Maha Luas, الْحَكِيْمُ Yang Maha Bijaksana, الْوَدُوْدُ Yang Maha Pencinta, الْمَجِيْدُ Yang Maha Mulia, الْبَاعِثُ Yang Maha Membangkitkan, الشَّهِيْدُ Yang Maha Menyaksikan, الْحَقُّ Yang Maha Benar, الْوَكِيْلُ Yang Maha Memelihara, الْقَوِيُّ Yang Mahakuat, الْمَتِيْنُ Yang Mahakokoh, الْوَلِيُّ Yang Maha Melindungi, الْحَمِيْدُ Yang Maha Terpuji, الْمُحْصِيْ Yang Maha Mengalkulasi, الْمُبْدِئُ Yang Maha Memulai, الْمُعِيْدُ Yang Maha Mengembalikan Kehidupan, الْمُحْيِ Yang Maha Menghidupkan, الْمُمِيْتُ Yang Maha Mematikan, الْحَيُّ Yang Mahahidup, الْقَيُّوْمُ Yang Mahamandiri, الْوَاجِدُ Yang Maha Penemu, الْمَاجِدُ Yang Mahamulia, الْوَاحِدُ Yang Maha Tunggal, الْأَحَدُ Yang Maha Esa, الصَّمَدُ Yang Maha Dibutuhkan, الْقَادِرُ Yang Maha Menentukan, الْمُقْتَدِرُ Yang Maha Berkuasa, الْمُقَدِّمُ Yang Maha Mendahulukan, الْمُؤَخِّرُ Yang Maha Mengakhirkan, الْاَوَّلُ Yang Mahaawal, الْآخِرُ Yang Mahaakhir, الظَّاهِرُ Yang Mahanyata, الْبَاطِنُ Yang Maha Ghaib, الْوَالِي Yang Maha Memerintah, الْمُتَعَالِي Yang Maha Tinggi, الْبَرُّ Yang Maha Penderma, التَّوَّابُ Yang Maha Penerima Taubat, الْمُنْتَقِمُ Yang Maha Penuntut Balas, الْعَفُوُّ Yang Maha Pemaaf, الرَّؤُوْفُ Yang Maha Pengasi, مَالِكُ الْمُلْكِ Yang Maha Penguasa Kerajaan (Semesta), ذُوْ الْجَلَالِ وَالْاِكْرَامِ Yang Maha Pemilik Kebesaran dan Kemuliaan, الْمُقْسِطُ Yang Mahaadil, الْجَامِعُ Yang Maha Mengumpulkan, الْغَنِيُّ Yang Maha Berkecukupan, الْمُغْنِيْ Yang Maha Memberi Kekayaan, الْمَانِعُ Yang Maha Mencegah, الضَّارُ Yang Maha Memberi Derita, النَّافِعُ Yang Maha Memberi Manfaat, النُّوْرُ Yang Maha Bercahaya (Menerangi, Memberi Cahaya), الْهَادِيْ Yang Maha Pemberi Petunjuk, الْبَدِيْعُ Yang Maha Pencipta, الْبَاقِيْ Yang Mahakekal, الْوَارِثُ Yang Maha Pewaris, الرَّشِيْدُ Yang Mahapandai, الصَّبُوْرُ Yang Mahasabar.” [Jami’ At-Tirmidziyy]
Asmaul Husna dapat membuat Allah ridha. Abu Umamah pernah meriwayatkan, Dari Nabi, beliau bersabda, ‘Sesungguhnya wali-wali yang terbaik menurutku adalah orang beriman yang ringan kondisinya, memiliki nasib yang baik dari shalat, menyembah Rabbnya dengan baik, menaati-Nya saat sepi, tidak dikenali orang dan tidak ditunjuk [orang-orang] dengan jari [sebab terkenal], rizqinya pas-pasan kemudian ia bersabar atas kondisinya’.” [Jami' At-Tirmidziyy]
Asmaul Husna dapat memperlancar urusan. Ketika kita sering berdoa dengan Asmaul Husna untuk memohon kepada Allah kemudahan hajat, kelancaran urusan, kesuksesan kegiatan dan lain sebagainya, maka doa kita akan dikabulkan Allah secepatnya dan sepersis-persisnya dengan isi/konten doa kita.
Asmaul Husna dapat menyembuhkan sakit. Sebagai contoh nyata, ‘Abdullah bin Ahmad meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibnu ‘Abbas, "Jika seorang wanita sulit melahirkan, maka tulislah, Bismillah,️ Laa ilaaha illallah Al-Halim Al-Karim, Subhanallah Rabbil-‘Arsyil-‘Azhim, Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, QS. An-Nazi’at: 46, dan QS. Al-Ahqaf: 35, ‘Aliyy berkata, Tulisan ini ditulis di atas kertas, lalu digantung di lengan wanita tersebut. ‘Aliyy berkata, “Kami telah mencobanya dan tidak menemukan sesuatu yang lebih menakjubkan darinya.” Jika wanita itu telah melahirkan, maka dilepas dan dibungkus dengan kain atau dibakar. [Ad-Dalil wa Al-Burhan li Ibni Taimiyyah, hlm. 61–62]
Asmaul Husna dapat menstabilkan batin. QS. Ar-Ra'd: 28 merekam firman Allah bahwa dengan berdzikir qalbu-qalbu menjadi ithmi`nan (tenteram). Allah juga berfirman, “Dan Kami sungguh-sungguh mengetahui, bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan, maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah kamu di antara orang-orang yang bersujud (shalat), dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” [QS Al-Hijr: 97-99]
Ketika Nabi gelisah akibat cercaan dan kata-kata hina yang diucapkan orang-orang musyrik kepadanya, Allah memerintahkan Nabi melaksanakan beberapa hal supaya batinnya tenang, yaitu bertasbih, memuji Allah (tahmid), banyak shalat dan bersujud hingga datang ajal menjemput. [At-Tafsir Al-Munir li Syaikh Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhailiyy, [Beirut, Dar Al-Fikr Al-Mu’ashir], 14/74].
Asmaul Husna dapat meningkatkan derajat. Dzikir apapun bisa meningkatkan derajat. Asmaul Husna merupakan sarana dzikir terbaik di antara yang terbaik. Derajat yang terangkat berkat Asmaul Husna adalah derajat di dunia dan di Akhirat. Derajat adalah keagungan dan kemuliaan diri manusia di hadapan manusia yang lain, malaikat, jin, binatang dan benda apapun. Seseorang yang berderajat artinya terpandang, ditinggikan, dihormati, disopan-santuni, dan lain sebagainya.
Asmaul Husna dapat menghindarkan maksiat. Semakin menancap Asmaul Husna dalam ingatan dan kesadaran maka seseorang akan semakin kuat dalam menjauhi maksiat. Seseorang yang sehari-harinya sekadar menunaikan kewajiban-kewajiban sebagai muslim tapi tidak menghayati (menyadari konsekuensi penghambaan) akan mudah terjerumus ke dalam maksiat. Penghayatan terhadap Asmaul Husna mendorong seseorang untuk mudah menghindari maksiat. Di samping itu, tidak akan berhasil orang-orang yang hendak mengajak bermaksiat atau menjadikannya sebagai target maksiat.
Asmaul Husna dapat menghapus efek dosa. Setiap dosa punya efek. Sekalipun sudah diterima taubat oleh Allah, pelaku maksiat masih harus bersiap-siap menanggung dampak dari catatan dosa yang pernah ada. Dengan mengulang-ulang Asmaul Husna penuh kesadaran, imbas dosa akan tercegah, tidak akan terjadi hal-hal tidak mengenakkan selepas kita bertaubat dan merutini Asmaul Husna dalam keseharian kita dengan penghayatan. Efek dosa bisa berupa kebencian manusia, sakit yang aneh, persoalan yang tidak masuk akal, kesempitan rizqi yang mustahil, kehancuran karir, dan lain-lain.
Post a Comment