Header Ads

Nabi Muhammad Bukan Allah Sekalipun Sebagian Asmaul Husna Menjadi Asmaun Nabi | Brilly El-Rasheed | 082140888638

Terjemah Kitab Asy-Syifa 082140888638


قَالَ الْقَاضِي أَبُو الْفَضْلِ : - وَفَّقَهُ اللَّهُ تَعَالَى - ، وَهَا أَنَا أَذْكُرُ نُكْتَةً أُذَيِّلُ بِهَا هَذَا الْفَصْلَ ، وَأَخْتِمُ بِهَا هَذَا الْقِسْمَ ، وَأُزِيحُ الْإِشْكَالَ بِهَا فِيمَا تَقَدَّمَ عَنْ كُلِّ ضَعِيفِ الْوَهْمِ ، سَقِيمِ الْفَهْمِ ، تُخَلِّصُهُ مِنْ مَهَاوِي التَّشْبِيهِ ، وَتُزَحْزِحُهُ عَنْ شُبَهِ التَّمْوِيهِ ، وَهُوَ أَنْ يَعْتَقِدَ أَنَّ اللَّهَ - تَعَالَى - جَلَّ اسْمُهُ فِي عَظَمَتِهِ ، وَكِبْرِيَائِهِ ، وَمَلَكُوتِهِ ، وَحُسْنَى أَسْمَائِهِ ، وَعُلِيِّ صِفَاتِهِ ، لَا يُشْبِهُ شَيْئًا مِنْ مَخْلُوقَاتِهِ ، وَلَا يُشَبَّهُ بِهِ ، وَأَنَّ مَا جَاءَ مِمَّا أَطْلَقَهُ الشَّرْعُ عَلَى الْخَالِقِ ، وَعَلَى الْمَخْلُوقِ ، فَلَا تَشَابُهَ بَيْنَهُمَا فِي الْمَعْنَى الْحَقِيقِيِّ ، إِذْ صِفَاتُ الْقَدِيمِ بِخِلَافِ صِفَاتِ الْمَخْلُوقِ ، 

Al-Qadhi Abu Al-Fadhl – semoga Allah memberinya taufiq – berkata, Di sini aku akan menyampaikan satu poin penting sebagai penutup bab ini dan penjelas penutup bagian ini, yang dengan poin ini aku bermaksud menghilangkan kerancuan bagi siapa saja yang lemah pemahaman dan sakit daya tangkapnya, agar selamat dari jurang penyerupaan (tasybih) dan terbebas dari syubhat tipu daya, yaitu keyakinan bahwa Allah – Maha Tinggi nama-Nya – dalam keagungan-Nya, kebesaran-Nya, kerajaan-Nya, keindahan nama-nama-Nya, dan ketinggian sifat-sifat-Nya, tidak menyerupai apa pun dari makhluq-Nya dan tidak boleh diserupakan dengannya. Apa pun yang dinisbatkan oleh syariat kepada Allah maupun kepada makhluq, maka tidak ada kesamaan makna hakiki di antara keduanya, karena sifat-sifat Dzat Yang Qadim berbeda dari sifat makhluq; 

فَكَمَا أَنَّ ذَاتَهُ لَا تُشْبِهُ الذَّوَاتَ كَذَلِكَ صِفَاتُهُ لَا تُشْبِهُ صِفَاتَ الْمَخْلُوقِينَ ، إِذْ صِفَاتُهُمْ لَا تَنْفَكُّ عَنِ الْأَعْرَاضِ ، وَالْأَغْرَاضِ ، وَهُوَ - تَعَالَى - مُنَزَّهٌ عَنْ ذَلِكَ ، بَلْ لَمْ يَزَلْ بِصِفَاتِهِ ، وَأَسْمَائِهِ ، وَكَفَى فِي هَذَا قَوْلُهُ : لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ [ الشُّورَى : 11 ] . وَلِلَّهِ دَرُّ مَنْ قَالَ مِنَ الْعُلَمَاءِ الْعَارِفِينَ الْمُحَقِّقِينَ : التَّوْحِيدُ إِثْبَاتُ ذَاتٍ غَيْرِ مُشْبِهَةٍ لِلذَّوَاتِ ، وَلَا مُعَطَّلَةٍ عَنِ الصِّفَاتِ . وَزَادَ هَذِهِ النُّكْتَةَ الْوَاسِطِيُّ - رَحِمَهُ اللَّهُ - بَيَانًا ، وَهِيَ مَقْصُودُنَا ، فَقَالَ : لَيْسَ كَذَاتِهِ ذَاتٌ ، وَلَا كَاسْمِهِ اسْمٌ ، وَلَا كَفِعْلِهِ فِعْلٌ ، وَلَا كَصِفَتِهِ صِفَةٌ ، إِلَّا مِنْ جِهَةِ مُوَافَقَةِ اللَّفْظِ اللَّفْظَ ، وَجَلَّتِ الذَّاتُ الْقَدِيمَةُ أَنْ تَكُونَ لَهَا صِفَةٌ حَدِيثَةٌ ، كَمَا اسْتَحَالَ أَنْ تَكُونَ لِلذَّاتِ الْمُحْدَثَةِ صِفَةٌ قَدِيمَةٌ . وَهَذَا كُلُّهُ مَذْهَبُ أَهْلِ الْحَقِّ ، وَالسُّنَّةِ ، وَالْجَمَاعَةِ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ - .

sebagaimana Dzat-Nya tidak menyerupai dzat-dzat makhluq, maka demikian pula sifat-sifat-Nya tidak menyerupai sifat-sifat makhluq, sebab sifat-sifat makhluq tidak lepas dari karakteristik perubahan dan tujuan tertentu, sedangkan Dia – Maha Tinggi – Maha Suci dari semua itu. Bahkan, Dia senantiasa bersifat dengan sifat-sifat-Nya dan bernama dengan nama-nama-Nya. Cukuplah dalam hal ini firman-Nya, “Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya” [QS. Asy-Syura: 11]. Sungguh indah ucapan sebagian ulama arif yang ahli tahqiq, “Tauhid itu adalah menetapkan adanya Dzat yang tidak menyerupai dzat-dzat lain, dan tidak menafikan adanya sifat-sifat bagi-Nya.” Al-Wasithiyy menambahkan penjelasan terhadap poin ini, yang juga merupakan maksud kami, yaitu, “Tidak ada dzat yang seperti Dzat-Nya, tidak ada nama yang seperti Nama-Nya, tidak ada perbuatan yang seperti Perbuatan-Nya, dan tidak ada sifat yang seperti Sifat-Nya, kecuali hanya dalam hal kesamaan lafazh secara lahiriah saja. Dzat Yang Qadim terlalu agung untuk disifati dengan sifat yang baru (muhdats), sebagaimana tidak mungkin dzat makhluq yang baru memiliki sifat yang qadim. Ini adalah madzhab Ahlu Al-Haqq, Ahlus Sunnah wal Jama’ah – semoga Allah meridhai mereka.” 

وَقَدْ فَسَّرَ الْإِمَامُ أَبُو الْقَاسِمِ الْقُشَيْرِيُّ - رَحِمَهُ اللَّهُ - قَوْلَهُ هَذَا ، لِيَزِيدَهُ بَيَانًا ، فَقَالَ : هَذِهِ الْحِكَايَةُ تَشْتَمِلُ عَلَى جَوَامِعِ مَسَائِلِ التَّوْحِيدِ ، وَكَيْفَ تُشْبِهُ ذَاتُهُ ذَاتَ الْمُحْدَثَاتِ ، وَهِيَ بِوُجُودِهَا مُسْتَغْنِيَةٌ ، وَكَيْفَ يُشْبِهُ فِعْلُهُ فِعْلَ الْخَلْقِ ، وَهُوَ لِغَيْرِ جَلْبِ أُنْسٍ ، أَوْ دَفْعِ نَقْصٍ حَصَلَ ، وَلَا بِخَوَاطِرَ وَأَغْرَاضٍ وُجِدَ ، وَلَا بِمُبَاشَرَةٍ وَمُعَالَجَةٍ ظَهَرَ ، وَفِعْلُ الْخَلْقِ لَا يَخْرُجُ عَنْ هَذِهِ الْوُجُوهِ . 

Imam Abu Al-Qasim Al-Qusyairiyy menafsirkan pernyataan ini untuk menambah penjelasan, seraya berkata, “Penjelasan ini mencakup inti masalah-masalah tauhid, yaitu: bagaimana mungkin Dzat-Nya menyerupai dzat makhluq yang membutuhkan dalam keberadaannya, dan bagaimana mungkin perbuatan-Nya menyerupai perbuatan makhluq, sedangkan perbuatan-Nya bukan untuk mencari kenyamanan, bukan pula untuk menghilangkan kekurangan yang ada, tidak timbul dari lintasan pikiran atau niat yang baru, tidak melalui perbuatan langsung atau penanganan fisik sebagaimana perbuatan makhluq yang tidak lepas dari hal-hal itu.” 

Demikian penjelasan Al-Qadhi 'Iyadh dalam Kitab Asy-Syifa.

 

Terjemah Kitab Asy-Syifa 082140888638


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.