Header Ads

Tawassul dengan Asmaul Husna dan Af'al (Perbuatan) Allah | Brilly El-Rasheed | 082140888638



Kita mendekatkan diri kepada Allah harus dengan wasilah alias kita bertawassul. Tidak bisa tidak. Wasilah (media) kita supaya bisa dekat dengan Allah adalah dengan seluruh yang diajarkan-Nya. Kita bertawassul agar dekat Allah dengan segala bentuk ibadah. Salah satu wasilah ialah Asmaul Husna dan Af'al (Perbuatan) Allah. Kita mendekatkan diri kepada Allah dengan wasilah Asmaul Husna (nama-nama-Nya yang indah) dan perbuatan-perbuatan Allah di kehidupan ini yang bisa kita indera atau nalar.

Kita menjadikan Asmaul Husna sebagai wasilah tidak hanya sebatas kita memanggil-manggil Allah dengan Asmaul Husna lalu kita berdoa. Tidak hanya itu. Ada sepuluh bentuk kita tawassulan dengan Asmaul Husna demi bisa dekat Allah,

  1. Memikirkan Asmaul Husna,mengaitkan kejadian apapun dengan Asmaul Husna, merenungkan makna Asmaul Husna
  2. Menulis Asmaul Husna
  3. Melihat Tulisan Asmaul Husna
  4. Membaca Asmaul Husna, dalam hati atau dalam lisan (diucapkan), sendiri atau bersama-sama
  5. Mendengar Asmaul Husna
  6. Mengamalkan Asmaul Husna ialah berakhlaq dengan Asmaul Husna yang relate/relevan dengan kapasitas sebagai manusia, kepada manusia, jin, malaikat, flora, fauna, jamadat (benda)
  7. Mengajarkan Asmaul Husna
  8. Menghafalkan Asmaul Husna lafazhnya, khatnya, maknanya, jumlah keseluruhan
  9. Berdoa dengan Asmaul Husna
  10. Tafa``ulan dengan Asmaul Husna yakni menggunakan Asmaul Husna sebagai nisbat nama, misalnya ‘Abdul-Wahhab, Baitul-Haqq, Darul-Mughniyy, Fat-hul-’Aliyy, dan lain sebagainya

Asmaul Husna yang kita jadikan wasilah bisa salah satu, salah dua, beberapa, atau seluruhnya semampu kita, sesuai hafalan/ingatan kita. Di samping berwasilah dengan Asmaul Husna, kita juga bisa tawassulan dengan perbuatan-perbuatan Allah. Kita bisa saksikan af'al Allah melalui apa saja yang terjadi di kehidupan ini lalu kita cari korelasinya dengan Asmaul Husna yang relevan. Fadhilatusy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-’Utsaimin memiliki konsep tawassul yang unik yakni tawassul dengan perbuatan Allāh,

«مجموع فتاوى ورسائل العثيمين» (2/ 353): ثالثًا: ‌التوسل ‌إلى ‌الله -‌تعالى- ‌بأفعاله: أن تدعو الله بشيء ثم تتوسل إليه في تحقيق هذا الشيء بفعل نظيره؛ ومنه حديث الصلاة على النبي صلى الله عليه وسلم: «اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم» . فإن صلاة الله على إبراهيم وعلى آل إبراهيم من أفعاله. وكذلك أيضًا تقول: "اللهم كما أنزلت علينا المطر فاجعله غيثًا نافعًا " فهنا توسل إلى الله بإنزال المطر؛ وهو فعل من أفعال الله

Berdasarkan prinsip ini, maka boleh bertawassul, “Yā Allāh, berikanlah kepada kami ilmu dan karāmah seperti Engkau beri wali fulan ilmu dan syaikh ‘allan karāmah.” Kendati wali fulan dan syaikh ‘allan tersebut sudah wafat, sebab Rasūlullāh bertawassul dengan perbuatan Allāh kepada Nabi Ibrāhīm adalah dalam posisi Nabi Ibrāhīm sudah wafat. Sehingga boleh pula bertawassul, “Yā Allāh, sebagaimana Engkau telah memuliakan jāh (wibawa) Nabi Muḥammad maka muliakanlah kewibawaan kami.” Atau bertawassul, “Yā Allāh, Engkau telah memberi ilmu tentang As-Sunnah kepada Syaikh Al-Albāniyy maka jadikan kami bisa bermimpi melihat beliau mengajarkan ilmu tentang As-Sunnah tersebut.” Atau bertawassul, “Yā Allāh, sebagaimana engkau telah mentaqdirkan Syaikh ‘Utsaimīn sangat ṣhāliḥ maka taqdirkan pula kami menjadi ṣhāliḥ.” Ini semua diantara kreasi tawassul yang relevan dengan narasi Syaikh ‘Utsaimin di atas. Tidak bertentangan dengan keharusan kita bertawassul dengan Asmaul Husna.




Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.