Header Ads

Urgensitas Makan Bergizi Gratis (MBG) Perspektif Asmaul Husna Universe | Brilly El-Rasheed | 082140888638






Dalam perjalanan malam yaitu Al-Isra` yang dialami Nabi bersama Malaikat Jibril menunggangi Buraq dari Masjidil-Haram ke Masjidil-Aqsha, Allah mempersaksikan beberapa peristiwa sebagai perumpamaan (amtsal). Salah satunya, seperti disebutkan Imam Najmuddin Al-Ghaithiyy dalam Qishshah Al-Mi’raj, 

فَسَارُوا حَتَّى أَتَوْا عَلَى قَوْمٍ يَزْرَعُونَ فِي يَوْمٍ وَيَحْصُدُونَ فِي يَوْمٍ ، كُلَّمَا حَصَدُوا عَادَ كَمَا كَانَ فَقَالَ : يَا جِبْرِيلُ مَا هَذَا؟ قَالَ : هَؤُلَاءِ الْمُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ تُضَاعَفُ لَهُمُ الْحَسَنَةُ بِسَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ ، وَمَا أَنْفَقُوا مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ .

Kemudian mereka melanjutkan perjalanannya kembali hingga tiba di sebuah umat yang saat itu sedang bercocok tanam. Namun anehnya, tanaman yang baru saja ditanam itu dengan seketika bisa dipanen. Setiap kali dipanen, tanaman itu langsung kembali seperti semula. Nabi Muhammad bertanya kepada Malaikat Jibril, “Apa maksudnya dari semua itu?” Jibril menjawab, “Semua itu merupakan contoh dari umat Baginda Rasul yang berjihad berjuang fi sabilillah. Satu amal shalih akan dilipat gandakan pahalanya hingga tujuh ratus kebaikan. Firman Allah,

وَمَآ اَنْفَقْتُمْ مِّنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُه

“Dan apa saja yang kamu infaqkan, Allah akan menggantinya.” [QS. As-Saba`: 39]. [Musnad Al-Bazzar; Majma’ Az-Zawa`id li Al-Haitsamiyy no. 235. https://isla.mw/bgnwo1]

Penulis (Brilly El-Rasheed) melihat kisah tersebut justru sebagai gambaran sedemikian urgennya makan-minum bagi manusia sehingga sesama kita mesti bershadaqah dari hasil cocok tanam. Tidak lain kita bercocok tanam ialah sebagai upaya kepastian ketersediaan pasokan makanan pokok. Makanan terbaik adalah yang tumbuh dari bumi Allah dan langsung dikonsumi setelah dimasak secara sederhana seperti dikukus atau direbus.

Kebiasaan makan sehat dan bergizi sangat mendesak untuk digalakkan menimbang pentingnya makanan yang sehat dan bergizi sebagai sumber kehidupan agar hidup menjadi produktif. Islam sangat mendukung upaya manusia untuk mengusahakan keberadaan makanan yang sehat dan bergizi. Betapa manusia tetap bisa hidup dengan sesuap makanan dan seteguk minuman sekalipun tidak punya mobil mewah, rumah megah dan pekerjaan gagah. 

Allah Al-Majid berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ  

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaithan; karena sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang nyata bagimu” [QS Al-Baqarah: 168] 

Halal adalah apa yang dihalalkan Allah. Haram adalah apa yang diharamkan Allah. Ada bahan konsumsi yang diperdebatkan halal-haramnya karena tidak tekstual dijelaskan hukumnya dalam Al-Qur`an maupun As-Sunnah. Beda dengan syubhat. Syubhat adalah sesuatu yang tidak jelas halal-haramnya.

Bahan konsumsi yang halal dan thayyib relevan dengan konsep makanan yang sehat dan bergizi. Betapa Allah menuntun dan menunjukkan mana-mana nutrisi bagi manusia yang halal dan thayyib demi kemaslahatan manusia sendiri agar tidak terjangkit penyakit sehingga bisa hidup nikmat. Sedari dini manusia mesti dididik untuk selektif terhadap sajian kulinernya. Makanan yang halal dan thayyib mensupport manusia hidup positif-produktif.

Nabi pernah bersabda,

مَنْ أَكَلَ الْحَلَالَ أَرْبَعِيْنَ يَوْماً، نَوَّرَ اللهُ قَلْبَهُ وَأَجْرَى يَنَابِيْعَ الْحِكْمَةِ مِنْ قَلْبِهِ عَلَى لِسَانِهِ 

“Barangsiapa yang memakan makanan halal selama 40  hari, maka Allah akan menerangkan qalbunya dan akan mengalirkan sumber-sumber ilmu hikmah dari qalbunya pada lisannya.” 

[It-haf As-Sadat Al-Muttaqin 6/7]

Imam Sahl At-Tustariyy,

مَنْ أَكَلَ الْحَرَامَ عَصَتْ جَوَارِحُهُ، شَاءَ أَمْ أَبَى، عَلِمَ أَوْ لَمْ يَعْلَمْ. وَمَنْ كَانَتْ طَعْمَتُهُ حَلَالًا أَطَاعَتْهُ جَوَارِحُهُ وَوُفِّقَتْ لِلْخَيْرَاتِ 

“Barangsiapa yang mengonsumsi makanan haram, maka anggota tubuhnya akan tergerak melaksanakan kemaksiatan, baik ia berkenan ataupun tidak, baik ia mengetahui ataupun tidak; dan barangsiapa yang makanannya halal, maka anggota tubuhnya akan tergerak untuk melaksanakan ketaatan, dan akan diberi pertolongan untuk melakukan kebaikan.”  [Ihyâ` Ulûmiddîn, [Beirut, Dâr Al-Fikr], halaman 104]

Sa’d bin Abi Waqqash meminta kepada Rasulullah agar doa-doa yang dipanjatkannya dapat terkabul. Lalu Rasulullah menjawabnya,

يَا سَعْدُ، أَطِبْ مَطْعَمَكَ تَكُنْ مُسْتَجَابَ الدَّعْوَةِ، وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ، إِنَّ الْعَبْدَ لَيَقْذِفُ اللُّقْمَةَ الْحَرَامَ فِي جَوْفِهِ مَا يُتَقَبَّلُ مِنْهُ عَمَلَ أَرْبَعِينَ يَوْمًا 

“Wahai Sa‘d, perbaikilah makananmu, niscaya doamu mustajab (dikabulkan). Demi Dzat yang menggenggam jiwa Muhammad, sesungguhnya seorang hamba yang melemparkan satu suap makanan haram ke dalam perutnya, maka tidak diterima amalnya selama 40 hari.” [Al-Mu’jam li Ath-Thabraniyy]

Syaikh ‘Abdul Qadir Al-Jilaniyy mengungkapkan, 

إذَا ظَهَرَتْ أَمَارَاتُ حَبْلِ الْمَرْأَةِ فَلْيُصَفِّ غِذَاءَهَا مِنَ الْحَرَامِ وَالشُّبُهَاتِ لِيُخْلَقَ الوَلَدُ عَلَى أَسَاسٍ لَا يَكُوْنُ لِلشَّيْطَانِ عَلَيْهِ سَبِيْلٌ. وَالْأَوْلَى: أَنْ يَكُوْنَ مِنْ حِيْنِ الزِّفَافِ وَيَدُوْمُ عَلَى ذَلِكَ لِيَخْلُصَ هُوَ وَأَهْلُهُ وَوَلَدُهُ مِنَ الشَّيْطَانِ فِى الدُّنْيَا وَمِنَ النَّارِ فِى الْعُقْبَى، وَمَعَ ذَلِكَ يَخْرُجُ الوَلَدُ صَالِحًا بَارًّا بِأَبَوَيْهِ طَائِعًا لِرَبِّهِ. كُلُّ ذَلِكَ بِبَرَكَةِ تَصْفِيَةِ الْغِذَاءِ

“Tatkala tampak tanda-tanda kehamilan wanita, hendaknya suami menjaga makanannya dari yang haram dan yang syubhat agar anaknnya dapat terbentuk atas fondasi dimana syaithan tidak dapat menjangkaunya. Alangkah baiknya jika kebiasaan menghindar dari makanan haram dan syubhat dimulai saat prosesi pernikahan dan terus berlangsung sampai kelahiran anak, agar suami itu, istri dan anak-anaknya nanti selamat dari godaan syaithan di dunia dan selamat dari neraka di Akhirat kelak. Dengan melakukan hal tersebut, anak akan lahir sebagai anak yang shalih, berbakti pada kedua orang tua dan taat kepada Tuhannya. Semua itu karena barakah menjaga makanan (dari yang haram dan syubhat).” [Al-Ghunyah, [Beirut, Dâr Al Kutub Al ‘Ilmiyyah: 1997], juz 1, halaman 103-104]

Dari sejumlah petikan narasi primer dan sekunder dalam Islam ini tercermin bagaimana penghargaan Islam terhadap makanan yang halal dari segi dzat (entitas) maupun dari segi sumber (perolehan). Padahal makanan yang halal tidak hanya dari segi zatnya saja tapi juga dari segi perolehannya yaitu dari mana makanan tersebut didapat dan bagaimana makanan tersebut diperoleh, apakah diridhoi oleh Allah atau tidak. 

Banyak beredar video-video satir maupun meme yang mengkritik kebiasaan sebagian orang yang siap untuk tidak makan babi, anjing, buaya ular dan minum minuman yang memabukkan tapi tidak siap untuk menjauhi sumber-sumber pendapatan yang haram seperti korupsi, mencuri, menipu, riba, judi, dan lain-lain. Sampai Gus Baha pernah melemparkan sebuah anekdot di sebagian daerah ada pencuri-pencuri yang tidak mau mencuri babi tapi mau mencuri kambing ketika ditanya kenapa ternyata jawabannya cukup mencengangkan karena babi haram sedangkan kambing halal, padahal yang namanya mencuri dia tetap haram walaupun yang dicuri halal secara dzat.

Oleh karena itu, Asmaul Husna Universe mendukung program Nasional bernama MBG (Makan Bergizi Gratis) yang digagas Presiden RI. Tidak lain program ini merupakan bukti kongkrit perhatian Pemerintah Indonesia terhadap bahan konsumsi warga Negara kalangan pelajar terkait kehalalan-kethayyiban. Allah sendiri memiliki Asmaul Husna Ath-Thayyib yang artinya Maha Baik dan Al-Jamil yang artinya Maha Indah.


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.