Header Ads

Karomah (Keramat) Penulis Kitab 'Umdatul-Ahkam | Brilly El-Rasheed | 082140888638



Adz-Dzahabiyy mengisahkan,

كَانَ لَا يُضَيِّعُ شَيْئًا مِنْ زَمَانِهِ بِلَا فَائِدَةٍ ، فَإِنَّهُ كَانَ يُصَلِّي الْفَجْرَ ، وَيُلَقِّنُ الْقُرْآنَ ، وَرُبَّمَا أَقْرَأَ شَيْئًا مِنَ الْحَدِيثِ تَلْقِينًا ، ثُمَّ يَقُومُ فَيَتَوَضَّأُ ، وَيُصَلِّي ثَلَاثَ مِائَةِ رَكْعَةٍ بِالْفَاتِحَةِ وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ إِلَى قَبْلِ الظُّهْرِ ، وَيَنَامُ نَوْمَةً ثُمَّ يُصَلِّي الظُّهْرَ ، وَيَشْتَغِلُ إِمَّا بِالتَّسْمِيعِ أَوْ بِالنَّسْخِ إِلَى الْمَغْرِبِ ، فَإِنْ كَانَ صَائِمًا أَفْطَرَ ، وَإِلَّا صَلَّى مِنَ الْمَغْرِبِ إِلَى الْعَشَاءِ ، وَيُصَلِّي الْعِشَاءَ ، وَيَنَامُ إِلَى نِصْفِ اللَّيْلِ أَوْ بَعْدَهُ ، ثُمَّ قَامَ كَأَنَّ إِنْسَانًا يُوقِظُهُ ، فَيُصَلِّي لَحْظَةً ثُمَّ يَتَوَضَّأُ وَيُصَلِّي إِلَى قُرْبِ [ ص: 453 ] الْفَجْرِ ، رُبَّمَا تَوَضَّأَ سَبْعَ مَرَّاتٍ أَوْ ثَمَانِيًا فِي اللَّيْلِ ، وَقَالَ : مَا تَطِيبُ لِيَ الصَّلَاةُ إِلَّا مَا دَامَتْ أَعْضَائِي رَطْبَةً ، ثُمَّ يَنَامُ نَوْمَةً يَسِيرَةً إِلَى الْفَجْرِ ، وَهَذَا دَأْبُهُ .

Syaikh ‘Abdul-Ghaniyy Al-Maqdisiyy tidak pernah menyia-nyiakan sedikit pun dari waktunya tanpa manfaat, karena sesungguhnya ia biasa melaksanakan shalat Shubuh, lalu mengajarkan Al-Qur’an, dan terkadang pula membaca sebagian hadits dengan cara talqin (dikte). Kemudian ia berdiri berwudhu dan shalat tiga ratus rakaat dengan bacaan Al-Fatihah dan Al-Mu‘awwidzatain hingga menjelang waktu Zhuhur, lalu ia tidur sejenak, kemudian shalat Zhuhur dan setelah itu sibuk baik dengan menyimak (riwayat hadits) maupun dengan menyalin (naskah) sampai waktu Maghrib. Jika ia berpuasa maka ia berbuka, dan jika tidak, maka ia shalat sunnah dari Maghrib hingga Isya, kemudian shalat Isya dan tidur hingga pertengahan malam atau setelahnya, lalu bangun seolah-olah ada sosok yang membangunkannya, kemudian shalat beberapa saat, lalu berwudhu dan shalat hingga hampir waktu Shubuh. Ia terkadang berwudhu tujuh atau delapan kali dalam satu malam, dan berkata, “Shalat tidak terasa nikmat bagiku kecuali selama anggota tubuhku masih basah (karena wudhu).” Kemudian ia tidur sejenak hingga waktu Shubuh, dan demikianlah kebiasaannya. [Siyar A’lam An-Nubala`]

قَالَ الضِّيَاءُ : رَأَيْتُ بِخَطِّ الْحَافِظِ : وَالْمَلِكُ الْعَادِلُ اجْتَمَعْتُ بِهِ ، وَمَا رَأَيْتُ مِنْهُ إِلَّا الْجَمِيلَ ، فَأَقْبَلَ عَلَيَّ ، وَقَامَ لِي ، وَالْتَزَمَنِي ، وَدَعَوْتُ لَهُ ثُمَّ قُلْتُ : عِنْدَنَا قُصُورٌ هُوَ الَّذِي يُوجِبُ التَّقْصِيرَ ، فَقَالَ : مَا عِنْدَكَ لَا تَقْصِيرٌ وَلَا قُصُورٌ ، وَذَكَرَ أَمْرَ السُّنَّةِ فَقَالَ : مَا عِنْدَكَ شَيْءٌ تُعَابُ بِهِ لَا فِي الدِّينِ وَلَا الدُّنْيَا ، وَلَا بُدَّ لِلنَّاسِ مِنْ حَاسِدِينَ . وَبَلَغَنِي بَعْدُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ : مَا رَأَيْتُ بِالشَّامِ وَلَا مِصْرَ مِثْلَ فُلَانٍ ، دَخَلَ عَلَيَّ فَخُيِّلَ إِلَيَّ أَنَّهُ أَسَدٌ ، وَهَذَا بِبَرَكَةِ دُعَائِكُمْ وَدُعَاءِ الْأَصْحَابِ .

Adh-Dhiya` berkata, ‘Aku melihat tulisan tangan Al-Hafizh, “Aku bertemu dengan Al-Malik Al-‘Adil, dan aku tidak melihat darinya kecuali kebaikan (yakni melupakan keburukannya). Ia menyambutku, berdiri untukku, memelukku, dan aku berdoa untuknya. Kemudian aku berkata, “Di sisi kami ada kekurangan yang menyebabkan kami kurang sempurna.” Ia berkata, “Tidak ada padamu kekurangan dan tidak pula kekeliruan. Lalu ia menyebutkan perkara As-Sunnah seraya berkata, “Tidak ada sesuatu pun pada dirimu yang dapat dicela, baik dalam agama maupun dunia, dan setiap manusia itu pasti ada yang dengki padanya.” Aku mendengar kemudian darinya bahwa ia berkata, “Aku tidak melihat di Syam maupun Mesir seorang pun seperti fulan (yaitu ‘Abdul-Ghaniyy Al-Maqdisiyy), ia masuk kepadaku maka aku seakan-akan melihat seekor singa, dan itu berkat doa kalian serta doa para sahabat.”

سَمِعْتُ فَضَائِلَ بْنَ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ سُرُورٍ الْمَقْدِسِيَّ يَقُولُ : سَمِعْتُهُمْ يَتَحَدَّثُونَ بِمِصْرَ أَنَّ الْحَافِظَ كَانَ قَدْ دَخَلَ عَلَى الْعَادِلِ فَقَامَ لَهُ ، فَلَمَّا كَانَ الْيَوْمُ الثَّانِي جَاءَ الْأُمَرَاءُ إِلَى الْحَافِظِ مِثْلُ سَرْكَسٍ وَأُزْكَشٍ ، فَقَالُوا : آمَنَّا بِكَرَامَاتِكَ يَا حَافِظُ .

Fadha`il bin Muhammad bin ‘Aliyy bin Surur Al-Maqdisiyy berkata, “Aku mendengar orang-orang di Mesir berbicara bahwa Al-Hafizh pernah masuk menemui Al-‘Adil, maka Al-‘Adil berdiri untuknya. Keesokan harinya para amir seperti Sarkas dan Uzkasy datang kepada Al-Hafizh, mereka berkata, ‘Kami percaya kepada karamah-karamahmu, wahai Al-Hafizh.’

قَالَ : فَحَدَّثَنِي الْحَافِظُ ، قَالَ : فَلَمَّا كُنْتُ أَنَا وَعَبْدُ الْهَادِي عِنْدَ حَمَّامِ كَافُورٍ إِذَا قَوْمٌ كَثِيرٌ مَعَهُمْ عِصِيٌّ فَخَفَّفْتُ الْمَشْيَ ، وَجَعَلْتُ أَقُولُ : حَسْبِيَ اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ ، فَلَمَّا صِرْتُ عَلَى الْجِسْرِ لَحِقُوا صَاحِبِي ، فَقَالَ : أَنَا مَا كَسَرْتُ لَكُمْ شَيْئًا ، هَذَا هُوَ الَّذِي كَسَرَ . قَالَ : فَإِذَا فَارِسٌ يَرْكُضُ فَتَرَجَّلَ ، وَقَبَّلَ يَدَيَّ ، وَقَالَ : الصِّبْيَانُ مَا عَرَفُوكَ ? . وَكَانَ قَدْ وَضَعَ اللَّهُ لَهُ هَيْبَةً فِي النُّفُوسِ .

Abu Bakr bin Ahmad Ath-Thahhan berkata, “Al-Hafizh menceritakan kepadaku, ‘Ketika aku bersama ‘Abdul Hadi di dekat Hammam (kamar mandi umum) Kafur, ada sekelompok orang banyak yang membawa tongkat, maka aku mempercepat langkahku sambil berkata, Hasbiyallahu wa ni‘mal-wakîl (Cukuplah Allah bagiku dan Dia sebaik-baik Pelindung). Ketika aku sampai di jembatan, mereka menyusul temanku, lalu ia berkata, Aku tidak memecahkan sesuatu milik kalian, ini dia (aku yang dimaksud/’Abdul-Ghaniyy) yang memecahkannya. Maka tiba-tiba datang seorang penunggang kuda dengan tergesa, lalu ia turun dari kudanya, mencium tanganku, dan berkata, “Anak-anak (orang-orang yang membawa tongkat) itu tidak memuliakanmu?” (Kemunculan sosok rijalul-ghaib ini membuat orang-orang yang membawa tongkat ketakutan) Abu Bakar berkomentar, “Dan sungguh Allah telah menjadikan wibawa untuknya (‘Abdul-Ghaniyy) dalam jiwa manusia.’” [Siyar A’lam An-Nubala`]

قَالَ الضِّيَاءُ : وَلَمَّا وَصَلَ إِلَى مِصْرَ كُنَّا بِهَا ، فَكَانَ إِذَا خَرَجَ لِلْجُمْعَةِ لَا نَقْدِرُ نَمْشِي مَعَهُ مِنْ كَثْرَةِ الْخَلْقِ ، يَتَبَرَّكُونَ بِهِ وَيَجْتَمِعُونَ حَوْلَهُ ، وَكُنَّا أَحْدَاثًا نَكْتُبُ الْحَدِيثَ حَوْلَهُ ، فَضَحِكْنَا مِنْ شَيْءٍ وَطَالَ الضَّحِكُ ، فَتَبَسَّمَ وَلَمْ يَحْرَدْ عَلَيْنَا ، وَكَانَ سَخِيًّا جَوَادًا لَا يَدَّخِرُ دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا مَهْمَا حَصَّلَ أَخْرَجَهُ . لَقَدْ سَمِعْتُ عَنْهُ أَنَّهُ كَانَ يَخْرُجُ فِي اللَّيْلِ بِقِفَافِ الدَّقِيقِ إِلَى بُيُوتٍ مُتَنَكِّرًا فِي الظُّلْمَةِ ، فَيُعْطِيهِمْ وَلَا يُعَرَفُ ، وَكَانَ يُفْتَحُ عَلَيْهِ بِالثِّيَابِ فَيُعْطِي النَّاسَ وَثَوْبُهُ مُرَقَّعٌ .

Adh-Dhiya’ berkata, “Ketika ia sampai di Mesir, kami berada di sana. Apabila ia keluar untuk shalat Jumat, kami tidak sanggup berjalan bersamanya karena banyaknya orang yang berdesakan, mereka mencari berkah dengannya dan berkumpul di sekelilingnya. Kami waktu itu masih muda-muda yang menulis hadits di sekitarnya, lalu kami tertawa karena sesuatu dan tertawaan itu berlangsung lama, maka ia tersenyum dan tidak marah kepada kami. Ia adalah orang yang dermawan, pemurah, tidak menyimpan dinar maupun dirham; apa pun yang ia peroleh, pasti ia keluarkan. Aku mendengar darinya bahwa ia biasa keluar pada malam hari dengan membawa karung-karung berisi tepung menuju rumah-rumah dalam keadaan menyamar di kegelapan malam, lalu memberikannya kepada orang-orang tanpa dikenal. Dan ketika ia diberi pakaian, ia memberikannya kepada orang lain sementara pakaiannya sendiri tambalan.

قَالَ خَالِي الشَّيْخُ مُوَفَّقُ الدِّينِ : كَانَ الْحَافِظُ يُؤْثِرُ بِمَا تَصِلُ يَدُهُ إِلَيْهِ سِرًّا وَعَلَانِيَةً ، ثُمَّ سَرَدَ حِكَايَاتٍ فِي إِعْطَائِهِ جُمْلَةَ دَرَاهِمَ لِغَيْرِ وَاحِدٍ . قَالَ : وَسَمِعْتُ بَدْرَ بْنَ مُحَمَّدٍ الْجَزَرِيَّ يَقُولُ : مَا رَأَيْتُ أَحَدًا أَكْرَمَ مِنَ الْحَافِظِ ; كُنْتُ أَسْتَدِينُ يَعْنِي لِأُطْعِمَ بِهِ الْفُقَرَاءَ ، فَبَقِيَ لِرَجُلٍ عِنْدِي ثَمَانِيَةٌ وَتِسْعُونَ دِرْهَمًا فَلَمَّا تَهَيَّأَ الْوَفَاءُ أَتَيْتُ الرَّجُلَ فَقُلْتُ : كَمْ لَكَ ؟ قَالَ : مَا لِي عِنْدَكَ شَيْءٌ ! قُلْتُ : مَنْ أَوْفَاهُ ؟ قَالَ : قَدْ أُوفِيَ عَنْكَ ، فَكَانَ وَفَّاهُ الْحَافِظُ وَأَمَرَهُ أَنْ يَكْتُمَ عَلَيْهِ . وَسَمِعْتُ سُلَيْمَانَ الْأَسْعَرْدِيَّ يَقُولُ : بَعَثَ الْأَفْضَلُ بْنُ صَلَاحِ الدِّينِ إِلَى الْحَافِظِ بِنَفَقَةٍ وَقَمْحٍ كَثِيرٍ فَفَرَّقَهُ كُلَّهُ .

Pamanku, Syaikh Muwaffaquddin, berkata, ‘Al-Hafizh senantiasa mengutamakan orang lain dengan apa yang sampai ke tangannya, baik secara tersembunyi maupun terang-terangan,’ lalu ia menyebutkan kisah-kisah tentang pemberiannya sejumlah dirham kepada lebih dari satu orang. Aku mendengar Badr bin Muhammad Al-Jazariyy berkata, ‘Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih mulia daripada Al-Hafizh. Aku dahulu berutang, maksudku untuk memberi makan orang-orang fakir, hingga tersisa pada seseorang utangku sebesar delapan puluh sembilan dirham. Ketika aku telah siap melunasinya, aku mendatangi orang itu dan berkata, Berapa utangku kepadamu? Ia menjawab, Engkau tidak memiliki utang apa pun kepadaku. Aku berkata, Siapa yang telah melunasinya? Ia menjawab, Telah dibayarkan atas namamu oleh Al-Hafizh, dan ia memerintahkanku agar merahasiakannya darimu.’ Aku mendengar Sulaiman Al-As‘ardiyy berkata, ‘Al-Afdhal bin Shalahuddin pernah mengirimkan kepada Al-Hafizh sejumlah uang nafkah dan gandum yang banyak, lalu ia membagikan semuanya.’ 

وَسَمِعْتُ أَحْمَدَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ الْعِرَاقِيَّ ; حَدَّثَنِي مَنْصُورٌ الْغَضَارِيُّ قَالَ : شَاهَدْتُ الْحَافِظَ فِي الْغَلَاءِ بِمِصْرَ وَهُوَ ثَلَاثُ لَيَالٍ يُؤْثِرُ بِعَشَائِهِ وَيَطْوِي . رَأَيْتُ يَوْمًا قَدْ أُهْدِيَ إِلَى بَيْتِ الْحَافِظِ مُشْمُشٌ فَكَانُوا يُفَرِّقُونَ ، فَقَالَ مِنْ حِينِهِ : فَرِّقُوا لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّى تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ . وَقَدْ فُتِحَ لَهُ بِكَثِيرٍ مِنَ الذَّهَبِ وَغَيْرِهِ فَمَا كَانَ يَتْرُكُ شَيْئًا حَتَّى قَالَ لِيَ ابْنُهُ أَبُو الْفَتْحِ : وَالِدِي يُعْطِي النَّاسَ الْكَثِيرَ وَنَحْنُ لَا يَبْعَثُ إِلَيْنَا شَيْئًا ، وَكُنَّا بِبَغْدَادَ .

Aku mendengar Ahmad bin Abdullah Al-‘Iraqiyy berkata, ‘Telah menceritakanku Manshur Al-Ghadhariyy, ia berkata, Aku menyaksikan Al-Hafizh di masa paceklik di Mesir selama tiga malam berturut-turut mengutamakan orang lain dengan makan malamnya dan menahan lapar.’ Aku pernah melihat pada suatu hari di rumah Al-Hafizh telah dihadiahkan buah aprikot, maka mereka membagikannya, lalu saat itu juga ia berkata, ‘Bagikanlah, karena kalian tidak akan memperoleh kebajikan sampai kalian menginfaqkan sesuatu yang kalian cintai’ [QS. Ali ‘Imran: 92]. Telah terbuka baginya banyak rizqi berupa emas dan lainnya, namun ia tidak menyisakan sedikit pun, hingga putranya, Abu Al-Fath, berkata kepadaku, ‘Ayahku memberi banyak kepada orang-orang, sedangkan kami tidak dikirimi apa pun,’ padahal kami waktu itu berada di Baghdad.” [Siyar A’lam An-Nubala`]

قَالَ الْحَافِظُ الضِّيَاءُ : سَمِعْتُ الْحَافِظَ أَبَا مُوسَى بْنَ عَبْدِ الْغَنِيِّ يَقُولُ : كُنْتُ عِنْدَ وَالِدِي بِمِصْرَ ، وَهُوَ يَذْكُرُ فَضَائِلَ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ ، فَقُلْتُ فِي نَفْسِي : إِنَّ وَالِدِي مِثْلُهُ ، فَالْتَفَتَ إِلَيَّ ، وَقَالَ : أَيْنَ نَحْنُ مِنْ أُولَئِكَ ؟ سَمِعْتُ نَصْرَ بْنَ رِضْوَانَ الْمُقْرِئَ يَقُولُ : كَانَ مِنْبَرُ الْحَافِظِ فِيهِ قِصَرٌ ، وَكَانَ النَّاسُ يُشْرِفُونَ إِلَيْهِ ، فَخَطَرَ لِي لَوْ كَانَ يُعَلَّى قَلِيلًا ، فَتَرَكَ الْحَافِظُ الْقِرَاءَةَ مِنَ الْجُزْءِ ، وَقَالَ : بَعْضُ الْإِخْوَانِ يَشْتَهِي أَنَّ يُعَلَّى هَذَا الْمِنْبَرُ قَلِيلًا ، فَزَادُوا فِي رِجْلَيْهِ .

Al-Hafizh Adh-Dhiya’ berkata, “Aku mendengar Al-Hafizh Abu Musa bin ‘Abdul-Ghaniyy berkata, ‘Aku berada bersama ayahku di Mesir, dan beliau sedang menyebutkan keutamaan-keutamaan Sufyan Ats-Tsauriyy, maka aku berkata dalam hatiku, Sesungguhnya ayahku seperti dia, lalu ayahku menoleh kepadaku dan berkata, “Di manakah posisi kita dibanding mereka? (jauh sekali-pnrj.).” Aku mendengar Nashr bin Ridhwan Al-Muqri` berkata, ‘Mimbar Al-Hafizh agak pendek, dan orang-orang harus menunduk untuk melihatnya, maka terlintas di benakku, andaikan mimbar itu ditinggikan sedikit, lalu Al-Hafizh menghentikan bacaan dari bagian kitab yang sedang dibaca dan berkata, “Ada di antara saudara-saudara yang berkeinginan agar mimbar ini ditinggikan sedikit,” maka mereka pun menambah tinggi penopang kedua kakinya.’ 

سَمِعْتُ أَبَا مُوسَى بْنَ الْحَافِظِ ، حَدَّثَنِي أَبُو مُحَمَّدٍ أَخُو الْيَاسَمِينِيِّ قَالَ : كُنْتُ يَوْمًا عِنْدَ وَالِدِكَ ، فَقُلْتُ فِي نَفْسِي : أَشْتَهِي لَوْ أَنَّ الْحَافِظَ يُعْطِينِي ثَوْبَهُ حَتَّى أُكَفَّنَ فِيهِ . فَلَمَّا أَرَدْتُ الْقِيَامَ خَلَعَ ثَوْبَهُ الَّذِي يَلِي جَسَدَهُ وَأَعْطَانِيهِ ، وَبَقِيَ الثَّوْبُ عِنْدَنَا كُلُّ مَنْ مَرِضَ تَرَكُوهُ عَلَيْهِ فَيُعَافَى . سَمِعْتُ الرَّضِيَّ عَبْدَ الرَّحْمَنِ الْمَقْدِسِيَّ يَقُولُ : كُنْتُ عِنْدَ الْحَافِظِ بِالْقَاهِرَةِ فَدَخَلَ رَجُلٌ فَسَلَّمَ وَدَفَعَ إِلَى الْحَافِظِ دِينَارَيْنِ فَدَفَعَهُمَا الْحَافِظُ إِلَيَّ ، وَقَالَ : مَا كَأَنَّ قَلْبِي يَطِيبُ بِهِمَا ، فَسَأَلْتُ الرَّجُلَ : أَيْشٍ شُغْلُكَ ؟ قَالَ : كَاتِبٌ عَلَى النَّطْرُونِ - يَعْنِي وَعَلَيْهِ ضَمَانٌ .

Aku mendengar Abu Musa putra Al-Hafizh berkata, ‘Telah menceritakan kepadaku Abu Muhammad, saudara Al-Yasaminiyy, ia berkata, Suatu hari aku berada di sisi ayahmu, lalu aku berkata dalam hatiku, Aku ingin seandainya Al-Hafizh memberiku bajunya agar aku dapat dikafani dengannya. Ketika aku hendak berdiri, ia menanggalkan baju yang menempel pada tubuhnya dan memberikannya kepadaku, dan baju itu tetap berada di keluarga kami; setiap kali ada orang yang sakit, mereka mengenakannya padanya, lalu ia pun sembuh.’ Aku mendengar Ar-Radhi ‘Abdurrahman Al-Maqdisiyy berkata, ‘Aku pernah berada di sisi Al-Hafizh di Kairo, lalu datang seorang lelaki memberi salam dan menyerahkan dua dinar kepada Al-Hafizh, maka Al-Hafizh memberikannya kepadaku sambil berkata, Jiwa ini tidak merasa tenang dengan dua dinar ini. Maka aku bertanya kepada lelaki itu, Apa pekerjaanmu? Ia menjawab, Aku adalah seorang penulis di An-Nathrun, maksudnya ia bertugas mengelola pajak (jaminan).’ 

حَدَّثَنِي فَضَائِلُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ عَلِيِّ بْنِ سُرُورٍ بِجَمَّاعِيلَ ، حَدَّثَنِي ابْنُ عَمِّي بَدْرَانُ بْنُ أَبِي بَكْرٍ ، قَالَ : كُنْتُ مَعَ الْحَافِظِ يَعْنِي فِي الدَّارِ الَّتِي وَقَفَهَا عَلَيْهِ يُوسُفُ الْمُسَجِّفُ ، وَكَانَ الْمَاءُ مَقْطُوعًا ، فَقَامَ فِي اللَّيْلِ ، وَقَالَ : امْلَأْ لِيَ الْإِبْرِيقَ ، فَقَضَى الْحَاجَةَ ، وَجَاءَ فَوَقَفَ ، وَقَالَ : مَا كُنْتُ أَشْتَهِي الْوُضُوءَ إِلَّا مِنَ الْبِرْكَةِ ، ثُمَّ صَبَرَ قَلِيلًا فَإِذَا الْمَاءُ قَدْ جَرَى ، فَانْتَظَرَ حَتَّى فَاضَتِ الْبِرْكَةُ ، ثُمَّ انْقَطَعَ الْمَاءُ ، فَتَوَضَّأَ ، فَقُلْتُ : هَذِهِ كَرَامَةٌ لَكَ ، فَقَالَ لِي : قُلْ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ ، لَعَلَّ الْمَاءَ كَانَ مُحْتَبِسًا ، لَا تَقُلْ هَذَا! وَسَمِعْتُ الرَّضِيَّ عَبْدَ الرَّحْمَنِ يَقُولُ : كَانَ رَجُلٌ قَدْ أَعْطَى الْحَافِظَ جَامُوسًا فِي الْبَحْرَةِ فَقَالَ لِي : جِئْ بِهِ وَبِعْهُ ، فَمَضَيْتُ فَأَخَذْتُهُ فَنَفَرَ كَثِيرًا وَبَقِيَ جَمَاعَةٌ يَضْحَكُونَ مِنْهُ ، فَقُلْتُ : اللَّهُمَّ بِبَرَكَةِ الْحَافِظِ سَهِّلْ أَمْرَهُ فَسُقْتُهُ مَعَ جَامُوسَيْنِ ، فَسَهُلَ أَمْرُهُ ، وَمَشَى فَبِعْتُهُ بِقَرْيَةٍ .

Telah menceritakanku Fadha’il bin Muhammad bin ‘Aliyy bin Surur di Jamā‘il, ia berkata, ‘Telah menceritakan kepadaku sepupuku Badran bin Abu Bakr, ia berkata, Aku pernah bersama Al-Hafizh di rumah yang telah diwakafkan untuknya oleh Yusuf Al-Musajjif, dan air pada waktu itu sedang terputus. Maka pada malam hari ia bangun dan berkata, Isilah untukku bejana air (ibrik), lalu ia menunaikan hajatnya dan datang berdiri, seraya berkata, Aku tidak ingin berwudhu kecuali dari kolam, kemudian ia bersabar sejenak, ternyata air mengalir, ia menunggu hingga kolam itu meluap, lalu air berhenti mengalir, maka ia pun berwudhu. Aku berkata kepadanya, Ini adalah karamah bagimu, maka ia berkata kepadaku, Katakanlah, Astaghfirullah, barangkali air itu memang tertahan, janganlah engkau mengatakan demikian!’ Aku mendengar Ar-Radhi ‘Abdurrahman berkata, ‘Ada seorang laki-laki yang telah memberikan kepada Al-Hafizh seekor kerbau di Al-Bahrah, maka ia berkata kepadaku, “Datangkanlah kerbau itu dan juallah.” Maka aku pun pergi mengambilnya, tetapi kerbau itu memberontak dengan keras dan sebagian orang menertawakannya, lalu aku berkata, “Ya Allah, dengan keberkahan Al-Hafizh mudahkanlah urusannya,” maka aku menggiringnya bersama dua ekor kerbau lainnya, dan urusannya pun menjadi mudah, ia berjalan dan aku menjualnya di sebuah desa.’” [Siyar A’lam An-Nubala`]


Kitab Umdatul-Ahkam menjadi rujukan bagi Ulama setelahnya sekalipun beda madzhab. Di antaranya, Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalaniyy yang bermadzhab Syafi’iyy (wafat tahun 852) di masa belajar menuntut ilmu, beliau menghafal matan Umdatul Ahkam. Kelak Al-Hafizh Ibnu Hajar melahirkan karya kumpulan hadits fiqh berjudul Bulughul-Maram. Kitab ‘Umdah Al-Ahkam sudah dihafal Syaikhul-Islam Zakariyya Al-Anshariyy sejak usia sangat belia. Syarah ‘Umdah Al-Ahkam yang terfavorit adalah karya Imam Ibnu Daqiq Al-’Id dan Imam Ibnu Marzuq At-Tilmisaniyy.


Pesan terjemah kitab 'Umdatul-Ahkam di 082140888638.





 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.