Khasiat Asmaul Husna untuk Doa dan Menambah Iman | Syaikh Prof. Dr. 'Abdurrazzaq Al-Badr | 082140888638
Syaikh Prof. Dr. ‘Abdurrazzaq Al-Badr dalam Asbab Ziyadah Al-Iman wa Nuqshanih menerangkan, “Di antara faedah yang lain, mengenal asma Allah yang husna dan sifat-sifat-Nya yang Maha Tinggi menuntut adanya pengaruh ubudiyyah dan ketundukan. Setiap sifat ubudiyyah khusus merupakan konsekuensi atas pengetahuan dan ilmu terhadap asma dan sifat-Nya, serta konsekuensi dari realisasi ma'rifatnya. Dan ini berlaku pada seluruh jenis-jenis ubudiyyah yang dilakukan oleh qalbu dan anggota badan. Penjelasannya, apabila seorang hamba mengilmui tentang keesaan Allah dalam hal menolak mudharrat dan mendatangkan manfaat, dalam hal memberi dan menahan, dalam hal menciptakan dan memberi rizqi, dalam hal menghidupkan dan mematikan, maka itu akan membuahkan ubudiyah tawakkal kepada-Nya semata secara batin, dan konsekuensi tawakkal dan buahnya secara lahiriylah. Apabila ia telah mengilmui bahwa Allah Maha Mendengar, Maha Melihat, Maha Mengetahui, tiada satupun yang tersembunyi atas-Nya walau sebesar biji dzarrah di langit maupun di bumi, bahwa Dialah yang mengetahui yang tampak dan yang rahasia. Dialah yang mengetahui pandangan mata yang khianat dan rahasia yang tersembunyi di dalam qalbu. Maka semua itu akan membuahkan penjagaan lisan dan anggota badan serta bisikan qalbu dari segala perkara yang tidak diridhai Allah. Dan mengaitkan seluruh aktifitas anggota tubuh tersebut kepada apa-apa yang disukai dan diridhai Allah. Apabila ia mengetahui bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Mulia, Maha santun lagi Maha Penyayang, Maha luas kebaikan-Nya, maka hal itu akan menguatkan harapannya, dan pengharapan ini akan membuahkan berbagai jenis ubudiyyah yang lahir maupun yang batin sesuai kadar ma'rifat dan ilmunya. Apabila ia telah mengenali kesempurnaan Allah dan keindahan-Nya, maka itu akan menumbuhkan cinta khusus dan kerinduan yang sangat besar untuk bertemu dengan Allah. Selanjutnya hal itu akan membuahkan berbagai jenis ibadah-ibadah lainnya. Dengan itu, ia mengetahui bahwa semua bentuk-bentuk ubudiyyah kembali kepada kandungan asma dan sifat-Nya.”
Syaikh Prof. Dr. Usamah Khayyath dalam khuthbah Jum’at 2 Jumadil Awwal 1445 H (15 Desember 2023) di Masjidil Haram menyampaikan, “Bahwa seseorang harus mengetahui bahwa Allah -‘Azza wa Jalla’- memiliki sifat-sifat kesempurnaan, dan bahwa -seperti yang dikatakan oleh Imam Ibnu Qayyim Rahimahullah- “Dia akan memberikan ganjaran kepada hamba-Nya sejalan dengan sifat-sifat ini. Dia adalah Maha Penyayang yang mencintai orang-orang yang penuh kasih sayang, dan Dia hanya akan merahmati hamba-Nya yang penuh kasih sayang. Dia adalah Maha Penyembunyi yang mencintai orang-orang yang menjaga aurat, dan Dia adalah Pengampun yang mencintai orang-orang yang memaafkan. Dia adalah Maha Penyayang yang mencintai kelembutan dari hamba-Nya. Dia membenci perkataan kasar dan keras. Dia adalah Teman yang mencintai kebaikan. Dia adil yang mencintai keadilan. Dia menerima alasan yang wajar, Dia mencintai mereka yang menerima alasan dari hamba-Nya. Oleh karena itu, Dia akan memberikan ganjaran kepada hamba-Nya sesuai dengan sifat-sifat ini, baik dalam keberadaan maupun ketiadaan. Maka siapa yang memaafkan, dia akan diampuni. Siapa yang memberi maaf, dia akan diberi ampunan. Siapa yang lembut terhadap makhluk-Nya, Dia akan lembut terhadapnya. Siapa yang penuh kasih sayang terhadap ciptaan-Nya, Dia akan memberinya kasih sayang. Siapa yang berbuat baik kepada mereka, Dia akan berbuat baik kepadanya” (selesai).”
Syaikh Prof. Dr. Usamah Khayyath melanjutkan pentingnya berdoa dengan Asmaul Husna, “Dalam perkara doa, harus diperhatikan adab-adab doa dan tuntunan Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, seperti ketulusan kepada Allah, mengikuti tuntunan Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, memulai dengan memuji-Nya -subhanahu wa ta’ala-, bersalawat dan salam kepada Nabi-Nya -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, menghadap kiblat, tekad dalam berdoa, tidak terburu-buru, tidak berkata, “Saya sudah berdoa tapi tidak dijawab,” dan dengan hanya memohon kepada Allah tanpa melibatkan selain-Nya. Selain itu, mengakui dosa, mengakui nikmat, memohon dengan mempergunakan Asmaul Husna dan sifat-Nya yang tinggi, atau dengan amal shalih yang telah dilakukan sebelumnya, atau dengan doa seorang muslim yang saleh yang masih hidup, berwudhu jika memungkinkan, menjaga makanan agar halal dan baik, menjauhi yang haram dan buruk, tidak berlebihan dalam permintaan, dan tidak berdoa dengan dosa, terputusnya silaturahim, atau berdoa terhadap diri sendiri, keluarga, harta, atau anak-anak, serta tidak meninggikan suara di atas batas yang biasa atau kebutuhan.”



Post a Comment