Header Ads

Makna Asmaul Husna Al-Hannan dan Al-Mannan dalam Hadits Musalsal | Syaikh Yasin Al-Fadaniyy | 082140888638



Syaikh Muhammad Yasin Al-Fadaniyy menulis, "53 - Musalsal dengan 10 Ayah. Aku meriwayatkannya dengan sanad ini sampai kepada Al-Hafizh Al-‘Ala`iyy, dari Abu ‘Abdullah Muhammad bin Yusuf Ad-Dimasyqiyy, dari Al-‘Allamah Abu ‘Amr ‘Utsman bin Ash-Shalah, dari Al-Mu’ayyad Ath-Thusiyy, dari ‘Abdurrahman bin Muhammad Asy-Syaibaniyy, berkata, “Aku diberi izin oleh Al-Hafizh Abu Bakr Al-Khathib Al-Baghdadiyy,” ia berkata, “Telah menceritakan kepada kami ‘Abdul-Wahhab bin ‘Abdul ‘Aziz bin Al-Harits bin Asad bin Al-Laits bin Sulaiman bin Al-Aswad bin Sufyan bin Yazid bin Ukainah bin ‘Abdullah At-Taimiyy dari lafazhnya, ia berkata, Aku mendengar ayahku, yakni ‘Abdul-‘Aziz, berkata, Aku mendengar ayahku, yakni Al-Harits, berkata, Aku mendengar ayahku, yakni Asad, berkata, Aku mendengar ayahku, yakni Al-Laits, berkata, Aku mendengar ayahku, yakni Sulaiman, berkata, Aku mendengar ayahku, yakni Al-Aswad, berkata, Aku mendengar ayahku, yakni Sufyan, berkata, Aku mendengar ayahku, yakni Yazid, berkata, Aku mendengar ayahku, yakni Ukainah, berkata, Aku mendengar ayahku, yakni ‘Abdullah, berkata, 

سَمِعت عَليّ بن أبي طَالب يَقُول وَقد سُئِلَ عَن الحنان المنان فَقَالَ الحنان الَّذِي يقبل على من أعرض والمنان الَّذِي يبْدَأ بالنوال قبل السُّؤَال 

Aku mendengar ‘Alīyy bin Abu Thalib berkata, ketika beliau ditanya tentang makna Al-Hannān dan Al-Mannān, beliau menjawab, “Al-Hannān ialah Dzat yang menghadapi dengan kasih sayang kepada orang yang berpaling dari-Nya, dan Al-Mannān ialah Dzat yang memulai dengan anugerah sebelum ada permohonan.” 

قَالَ ابْن الطّيب وَعَن العلائي إِنَّه إِسْنَاد غَرِيب جدا واكتبه ذكره فِي الْإِصَابَة وَأَشَارَ إِلَى هَذَا الْأَثر انْتهى

Ibnu Ath-Thayyib berkata, “Dari Al-‘Ala`iyy, bahwa sanad ini sangat gharib (asing), dan tulislah sebagaimana disebutkan olehnya dalam kitab Al-Ishabah, dan beliau menyinggung atsar ini.” Selesai."


Catatan penerjemah (Brilly El-Rasheed): Matan ini ada pula sanadnya melalui jalur riwayat lain dalam Tafsir Ahkam Al-Qur`an karya Ibnu Al-’Arabiyy. Hadits musalsal memiliki sifat yang menjadi ciri khas yang diikuti dari rawi pertama sampai rawi terakhir. Dalam masalah kedudukan hukum belum tentu otomatis shahih apalagi mutawatir, namun tetap boleh diriwayatkan atau diajarkan, tidak otomatis maudhu’ juga. Hadits dha’if pun tidak mentah-mentah dibuang bak sampah oleh para ulama. Lebih baik mengambil ilmu dari hadits dha’if daripada dari manusia biasa sebab kedha’ifan hadits bisa jadi karena sanad bukan matan. Sebagai perbandingan, Syaikh Dr. Hisan bin Raghib Al-Qari dosen Universitas Damaskus menerangkan, “Para ulama sudah banyak yang meneliti hadits-hadits dha’if dalam Kitab Asy-Syifa yang agung ini. Para ulama sepakat menerima hadits dha’if dan tidak boleh menyetarakannya dengan hadits maudhu’. Imam Ahmad saja mengunggulkan hadits dha’if dari qiyas.”


 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.