99 Asmaul Husna Bukan Dalil Allah Tersusun, Begini Penuturan Ustadz H. Brilly El-Rasheed, S.Pd., M.Pd., C.Ed. (UBER)
Para pakar ilmu ‘aqidah telah mengelaborasi bahwa Islam mengajarkan Allah tidak tersusun atas bagian-bagian, partikel, komposisi, unsur-unsur. Allah Al-Waahid Al-Ahad Al-Fard Ad-Daa`im. Secara rasio, sesuatu yang tersusun atas sesuatu ditambah sesuatu yang lebih kecil ditambah sesuatu lain yang serupa atau berbeda ditambah sesuatu yang lain lagi dan seterusnya berarti sesuatu tersebut tidak Mahamandiri (Al-Qoyyuum) sementara Allah Al-Qoyyuum. Juga, berarti ada potensi Allah terdekomposisi, tercerai-berai, terpisah-pisah, sehingga entitasnya menjadi berkurang, mengecil, lemah dan semacamnya.
Pertanyaannya, bagian mana dari Tuhan yang sebenarnya benar-benar Tuhan jika Tuhan tersusun atas unsur-unsur? Sebuah komputer, kita katakan komputer karena tersusun atas RAM, Motherboard, Power Supply, Disk Drive, VGA, CPU, dan lain-lain. Lalu mana yang dimaksud komputer ketika ada bagian yang hilang? Demikian halnya manusia, ketika hilang ruhnya, apakah masih disebut manusia? Tuhan tidak demikian. Allah tidak tersusun-susun. 99 Asmaul Husna bukan dalil Allah tersusun oleh 99 nama/sifat.
Seluruh Asmaul Husna yang sebenarnya berjumlah infinity (tidak terhingga) tidak menunjukkan Allah tersusun oleh part-part nama/sifat. Seluruh Asmaul Husna abadi/kekal dan tidak berubah dari suatu kondisi ke kondisi lain. Allah dengan semua Asmaul Husna-Nya paten. Allah Al-Awwal sekaligus Al-Aakhir. Allah Ar-Ro`uuf sekaligus Asy-Syadiid. Allah Al-Haliim sekaligus Al-Jabbaar. Bukan Allah kadang Al-Kariim kadang Al-Maani’. Bukan Allah kadang Al-Jamiil kadang Al-Qohhaar. Bukan Allah kadang Adh-Dhoorr kadang An-Naafi’. Melainkan semua Asmaul Husna selalu ‘berlaku’ secara terus-menerus tanpa awal dan akhir maupun fluktuasi. Hanya saja, dalam pikiran makhluq, Asmaul Husna-nya Allah terasa seperti fluktuatif, tapi perasaan itu harus ditepis.
Imam Ibnu Taimiyyah mengajarkan,
وَلَفْظُ التَّرْكِيبِ قَدْ يُرَادُ بِهِ أَنَّهُ رَكَّبَهُ مُرَكَّبٌ أَوْ أَنَّهُ كَانَتْ أَجْزَاؤُهُ مُتَفَرِّقَةً فَاجْتَمَعَ أَوْ أَنَّهُ يَقْبَلُ التَّفْرِيقَ وَاللهُ مُنَزَّهٌ عَنْ ذَلِكَ كُلِّهِ.
“Kata tarkib (penyusunan) kadang dimaksudkan dalam arti bahwa: (1) Allah disusun oleh sosok penyusun, atau (2) bagian-bagian-Nya sebelumnya terpisah-pisah kemudian menyatu, atau (3) Ia bisa dipisah-pisah bagiannya. Allah Mahasuci dari itu semuanya” [Majmu’ Al-Fatawi li Ibni Taimiyyah 5/419]
Sayangnya Imam Ibnu Taimiyyah tergelincir menyatakan kemungkinan Allah tersusun atas bagian-bagian yang saling berdistingsi,
وإن قال أريد بالمنقسم أن ما في هذه الجهة منه غير ما في هذه الجهة كما نقول إن الشمس منقسمة يعني أن حاجبها الأيمن غير حاجبها الأيسر والفلك منقسم بمعنى أن ناحية القطب الشمالي غير ناحية القطب الجنوبي وهذا هو الذي أراده فهذا مما يتنازع الناس فيه
“Apabila yang dimaksud dengan terbagi-bagi adalah apa yang ada di sisi ini dari-Nya bukanlah apa yang di sisi lainnya, sebagaimana kita berkata bahwa Matahari terbagi dalam arti permukaan yang sebelah kanan bukanlah permukaan sebelah kiri, dan bahwa gugusan bintang terbagi dalam arti bahwa sisi poros utara bukanlah poros selatan, dan ini yang Ar-Raziyy maksudkan, maka ini termasuk makna yang diperselisihkan orang-orang” [Bayân Talbîs Al-Jahmiyyah fî Ta’sîs Bida‘ihim Al-Kalamiyyah li Ibni Taimiyyah, 3/440]
Semakin tegas Imam Ibnu Taimiyyah meyakini Allah tersusun,
فيقال له قولك إن كان منقسمًا كان مركبًا وقد تقدم إبطاله وتقدم الجواب عن هذا الذي سميته مركبًا وتبين أنه لا حجة أصلاً على امتناع ذلك بل تبين أن إحالة ذلك تقتضي إبطال كل موجود ولولا أنه أحال على ما تقدم لما أحلنا عليه وتقدم بيان ما في لفظ التركيب والحيز والغير والافتقار من الإجمال وان المعنى الذي يقصدونه بذلك يجب أن يتصف به كل موجود سواء كان واجبًا أو ممكنًا
“Maka dijawab pada Ar-Raziyy, Ucapanmu bahwa bila Allah terbagi-bagi berarti tersusun, dan hal ini sudah dibahas kesalahannya dan telah lalu jawaban dari apa yang engkau sebut sebagai tersusun itu. Dan, telah jelas bahwasanya tidak ada alasan sama sekali untuk menolak ketersusunan (Dzat Allah) itu. Bahkan jelas bahwa memustahilkan hal itu berkonsekuensi meniadakan semua wujud. Andai Ar-Raziyy tak menyebutnya sebelumnya, tentu kami tidak menyinggungnya. Telah diterangkan sebelumnya tentang kata tarkib (penyusunan), haiz (batasan diri), ghair (perbedaan), dan iftiqar (butuh) yang masih global dan bahwasanya makna yang mereka maksud darinya pasti disifati oleh seluruh yang ada, baik itu Dzat yang pasti ada (Allah) atau Dzat yang bisa ada dan bisa tidak ada (makhluk).”
Uraian Imam Ibnu Taimiyyah ini perlu diluruskan. Jika Allah tersusun, terbagi-bagi, punya permukaan, punya inti, punya batas, punya sisi ini dan sisi itu, bisa disebut berarah ini dan berarah itu, dan lain sebagainya, berarti itu bukan Allah, tapi pseudo-Allah, Allah palsu, atau imajinasi kita tentang Allah, bukan Allah yang sebenarnya. Allah bukan makhluq, Allah tidak tersusun, Allah Al-Waahid, Al-Ahad, Al-Fard, Ad-Daa`im.
Asmaul Husna Universe merupakan lembaga pusat pendidikan, pelatihan, penelitian, dan pengembangan [pusdiklatlitbang] Asmaul Husna. Asmaul Husna Universe berkantor di Jl. Hayam Wuruk no. 1, RT. 03 RW. 05, Sukodadi, Lamongan, Jawa Timur, 62253. Untuk kerjasama bisa melalui 082140888638 atau asmaulhusnauniverse@gmail.com. Harga all varian buku saku lipat harmonika Asmaul Husna @Rp 3.000,- [disc. up to 50 %]. Dukung pendirian Asmaul Husna World, sebuah permanent exhibition media pembelajaran dan artefak Asmaul Husna gratis. Oleh Ust. H. Brilly El-Rasheed, S.Pd., M.Pd., C.Ed. [Founder Asmaul Husna Universe]
Post a Comment