Mengulang-ulang Asmaul Husna dengan Niat Memanggil-manggil Allah itu Bagus, Ini Empat Fatwa Ulama Sa'udi
Syaikh Dr. Shalih Al-Fauzan dalam program Fatawa Nur ‘ala Ad-Darb, tatkala ditanya, “Ada seseorang punya kawan yang terus-menerus berdzikir dengan ibarah Ya Allah,” maka Syaikh Al-Fauzan merespon, “Ya Allah adalah doa. Doa kepada Allah. Tidak ragu kalimat tauhid lebih utama yakni la ilaha illAllah Muhammadur Rasulullah.” [https://www.youtube.com/watch?v=XF9vacXrIhQ&t=1s]
Syaikh Al-Fauzan juga ditanya terkait perilaku imam yang mengulang-ulang kata Ya Allah secara kontinyu saat doa qunut, jawab beliau, “Tidak masalah, itu adalah bentuk panggilan (nida`) dan doa kepada Allah sekalipun berulang-ulang.” [https://www.youtube.com/watch?v=1_L7C8kiMYk]
Syaikh Dr. ‘Aziz bin Farhan Al-‘Anziyy melabeli kalimat ‘Ya Allah’ dengan dzikir harfun-nida` sehingga tidak boleh ada yang melarang seseorang memperbanyak ucapan Ya Allah, Ya Allah, Ya Allah. [https://www.youtube.com/watch?v=X1qYSyyPe-c]
Ada juga fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin tertanggal 27 Agustus 2005, dalam program Silsilah Liqa` Al-Bab Al-Maftuh, manakala beliau dimintai tanggapan terkait ucapan sebagian orang, “Ya LuthfAllah (aduhai kelembutan Allah) dan Ya WajhAllah (aduhai indahnya Wajah Allah).” Maka Syaikh ‘Utsaimin dengan sigap mengkanter indikasi takfir dengan jawaban, “Jika seseorang berkata, ‘Ya LuthfAllah (aduhai kelembutan Allah)’ saja tanpa embel-embel permohonan, ‘Lembutlah kepadaku!’ maka tidak masalah, karena panggilan ‘ya (aduhai)’ di sini ekspresi harapan, sehingga maknanya aku mengharapkan kelembutan Allah. Adapun kalau seseorang berkata, ‘Ya WajhAllah (aduhai indahnya Wajah Allah),’ maka dia sedang menginginkan Allah, karena Allah disebut-sebut Dzat-Nya dengan diwakili sebutan atas Wajah-Nya, sebagaimana firman Allah, “Dan kekallah Wajah Allah Sang Pemilik Keagungan dan Kemuliaan.” Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa Wajah digunakan untuk mewakili Dzat yang memang Wajah tersebut eksis secara hakiki, sehingga shahih seseorang berkata, ‘Ya WajhAllah’ dalam rangka berdoa kepada Allah. Adapun kelembutan merupakan sifat maknawi jika si pengujar sedang meringkas perkataan, ‘Ya LuthfAllah’ yang bermakna aku mengharapkan kelembutan Allah, maka ini tidak masalah. [https://www.alathar.net/home/esound/index.php?op=codevi&coid=61117]
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-‘Asqalaniyy menggariskan, “Tidak ada perkara khusus di dalam dzikir. Apapun perkaranya, jika dapat membuat seorang hamba ingat kepada Tuhannya, itulah yang dinamakan dzikir” [Fat-h Al-Bârî. 13/23]
Ar-Raghib Al-Asfahaniyy memasukkan entri dzikir dalam kamus beliau, “Dzikir secara harfiah berarti menghafal, mengingat atau menyebut. Menurut Ar-Raghib, kata dzikir sama dengan menghafal (al-hifzh) tetapi makna menghafal lebih pada aspek menyimpan memori, sedangkan dzikir (adz-dzikr) lebih pada aspek menyatakan memori tersebut. Kadang, kata dzikir juga bermakna mengingat dalam qalbu.” [Al-Mufradat Fi Gharib Al-Qur’an, 328]
Asmaul Husna Universe merupakan lembaga pusat pendidikan, pelatihan, penelitian, dan pengembangan [pusdiklatlitbang] Asmaul Husna. Asmaul Husna Universe berkantor di Jl. Hayam Wuruk no. 1, RT. 03 RW. 05, Sukodadi, Lamongan, Jawa Timur, 62253. Untuk kerjasama bisa melalui 082140888638 atau asmaulhusnauniverse@gmail.com. Harga all varian buku saku lipat harmonika Asmaul Husna @Rp 3.000,- [disc. up to 50 %]. Dukung pendirian Asmaul Husna World, sebuah permanent exhibition media pembelajaran dan artefak Asmaul Husna gratis.
Oleh Ust. H. Brilly El-Rasheed, S.Pd., M.Pd., C.Ed. [Founder Asmaul Husna Universe]
![]() |
Buku Saku Asmaul Husna Lipat Harmonika |
Kenapa harus ngambil referensi dari ulama Wahabi sih?
BalasHapus