Header Ads

Hukum Membaca Asmaul Husna Secara Berjama'ah (Koor) Satu Suara Tidak Bid'ah Dhalalah Bahkan Menjadi Syi'ar



Pada hari Perang Uhud ketika orang-orang musyrik berlari mundur, Rasulullah bersabda, “Berbarislah kalian hingga saya memuji Rabbku” lalu mereka (para sahabat) membuat barisan di belakang, lalu Rasulullah bersabda,

اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ كُلُّهُ اللَّهُمَّ لَا قَابِضَ لِمَا بَسَطْتَ وَلَا بَاسِطَ لِمَا قَبَضْتَ وَلَا هَادِيَ لِمَا أَضْلَلْتَ وَلَا مُضِلَّ لِمَنْ هَدَيْتَ وَلَا مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلَا مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ وَلَا مُقَرِّبَ لِمَا بَاعَدْتَ وَلَا مُبَاعِدَ لِمَا قَرَّبْتَ اللَّهُمَّ ابْسُطْ عَلَيْنَا مِنْ بَرَكَاتِكَ وَرَحْمَتِكَ وَفَضْلِكَ وَرِزْقِكَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ النَّعِيمَ الْمُقِيمَ الَّذِي لَا يَحُولُ وَلَا يَزُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ النَّعِيمَ يَوْمَ الْعَيْلَةِ وَالْأَمْنَ يَوْمَ الْخَوْفِ اللَّهُمَّ إِنِّي عَائِذٌ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا أَعْطَيْتَنَا وَشَرِّ مَا مَنَعْتَ اللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْإِيمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوبِنَا وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ وَاجْعَلْنَا مِنْ الرَّاشِدِينَ اللَّهُمَّ تَوَفَّنَا مُسْلِمِينَ وَأَحْيِنَا مُسْلِمِينَ وَأَلْحِقْنَا بِالصَّالِحِينَ غَيْرَ خَزَايَا وَلَا مَفْتُونِينَ اللَّهُمَّ قَاتِلْ الْكَفَرَةَ الَّذِينَ يُكَذِّبُونَ رُسُلَكَ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِكَ وَاجْعَلْ عَلَيْهِمْ رِجْزَكَ وَعَذَابَكَ اللَّهُمَّ قَاتِلْ الْكَفَرَةَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلَهَ الْحَقِّ

“Ya Allah, segala puji hanya bagi-Mu, ya Allah tidak ada yang bisa mengenggam apa yang telah Engkau bentangkan dan tidak ada pula yang bisa membentangkan apa yang telah Engkau genggam. Tidak ada yang bisa memberi petunjuk terhadap siapa yang telah Engkau sesatkan, tak ada pula yang bisa menyesatkan siapa yang telah Engkau beri petunjuk. Tidak ada yang bisa memberi terhadap apa yang telah Engkau tahan dan tidak ada pula yang bisa menahan terhadap apa yang telah Engkau beri. Tidak ada yang bisa mendekatkan terhadap apa yang telah Engkau jauhkan dan tidak ada pula yang bisa menjauhkan terhadap apa yang telah Engkau dekatkan. Ya Allah bentangkan pada kami dari barakah-Mu, rahmat–Mu, kelebihan-Mu dan rizqi-Mu. Ya Allah, saya memohon kepada-Mu kenikmatan yang kekal yang tidak berlalu dan tidak pula hilang. Ya Allah saya memohon kepada-Mu kenikmatan pada saat kefakiran, dan keamanan pada saat ketakutan. Ya Allah, saya berlindung kepada-Mu dari kejelekan apa saja yang telah Engkau berikan, dan dari kejelekan apa saja yang telah Engkau tahan. Ya Allah, cintakan pada diri kami keimanan dan hiaskanlah pada hati-hati kami. dan bencikan diri kami terhadap kekufuran, kefasikan serta kemaksiatan. Jadikan kami di antara orang-orang yang berpetunjuk. Ya Allah, wafatkan kami dalam keadaan Islam, hidupkan kami dalam keadaan Islam dan sertakan kami bersama dengan orang orang sholeh yang tidak hina dan tidak pula terfitnah. Ya Allah, perangilah orang–orang kafir yang mendustakan para Rasul-Mu dan merintangi jalan-Mu, dan berikan mereka siksa-Mu dan adzab-Mu. Ya Allah, perangilah orang orang kafir yang telah diberi kitab (yahudi dan nashrani), ya Allah Ilah (Tuhan) kebenaran.” [Musnad Ahmad no. 14.945; Ad-Du’a` li Ath-Thabraniyy, ‘Amal Al-Yaum wa Al-Lailah li An-Nasa`iyy; Al-Adab Al-Mufrad li Al-Bukhariyy; Al-Mustadrak li Al-Hakim]

فقد ثبت دعاء النبي -صلى الله عليه وسلم- بقوله: اللهم ابسط علينا من بركاتك، ورحمتك، وفضلك، ورزقك. اللهم إني أسألك النعيم المقيم الذي لا يحول، ولا يزول. رواه البخاري في الأدب المفرد، والحاكم في المستدرك، وقال الحاكم: هذا حديث صحيح على شرط الشيخين، ولم يخرجاه، ووافقه الذهبي.


Sangat besar kemungkinan para shahabat yang hadir dan mendengar doa Rasulullah tersebut mengaminkan, sebagaimana sudah tradisi, sebagaimana terekam dalam riwayat berikut,

أَنَّ رَجُلاً جَاءَ زَيْدَ بْنَ ثَابِتٍ فَسَأَلَهُ عَنْ شَيْءٍ ، فَقَالَ لَهُ زَيْدٌ : عَلَيْكَ بِأَبِي هُرَيْرَةَ ، فَإِنَّهُ بَيْنَا أَنَا وَأَبُو هُرَيْرَةَ وَفُلاَنٌ فِي الْمَسْجِدِ ذَاتَ يَوْمٍ نَدْعُو اللَّهَ تَعَالَى ، وَنَذْكُرُ رَبَّنَا خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى جَلَسَ إِلَيْنَا ، قَالَ : فَجَلَسَ وَسَكَتْنَا ، فَقَالَ : عُودُوا لِلَّذِي كُنْتُمْ فِيهِ . قَالَ زَيْدٌ : فَدَعَوْتُ أَنَا وَصَاحِبِي قَبْلَ أَبِي هُرَيْرَةَ ، وَجَعَلَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُؤَمِّنُ عَلَى دُعَائِنَا ، قَالَ : ثُمَّ دَعَا أَبُو هُرَيْرَةَ فَقَالَ : اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ مِثْلَ الَّذِي سَأَلَكَ صَاحِبَايَ هَذَانِ ، وَأَسْأَلُكَ عِلْمًا لاَ يُنْسَى ، فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : آمِينَ ، فَقُلْنَا : يَا رَسُولَ اللهِ ، وَنَحْنُ نَسْأَلُ اللَّهَ عِلْمًا لاَ يَنْسَى فَقَالَ : سَبَقَكُمَا بِهَا الدَّوْسِيُّ

Pada suatu hari, datanglah seorang laki-laki pada Zaid bin Tsabit untuk meminta sesatu. Zaid berkata kepadanya, “mintalah pada Abu Hurairah”. karena saat itu aku, Abu Hurairah dan seorang laki-laki sedang duduk di masjid untuk berdoa dan berdzikir pada Allah. Kemudian Rasulullah datang dan duduk bersama kami. Kamipun menghentikan kegiatan kami. Kemudian Rasulullah bersabda, “teruskankanlah kegiatan kalian”. Aku dan sahabatku kembali berdoa dan berdzikir mendahului Abu Hurairah. Rasulullah mengamini doa kami berdua. Kemudian Abu Hurairah berdoa, “Ya Allah, aku berdoa seperti doa kedua sahabatku ini. Dan anugerahilah aku ilmu yang tidak akan aku lupakan.” Rasulullah terdengar mengatakan “amin”. Kami berkata, “Ya Rasulullah, kami juga memohon pada Allah untuk menganugrahi kami ilmu yang tidak akan kami lupakan.” Rasulullah bersabda, “kalian telah didahului oleh lelaki kabilah Daus ini (Abu Hurairah).” [As-Sunan Al-Kubra li An-Nasa`iyy no. 5.839 dan Al-Mu’jam Al-Ausath li Ath-Thabraniyy no. 1228]


‘Umar bin Al-Khaththab Radhiallahu ‘Anhu bercerita,

 لَمَّا كَانَ يَوْمُ بَدْرٍ نَظَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الْمُشْرِكِينَ وَهُمْ أَلْفٌ وَأَصْحَابُهُ ثَلَاثُ مِائَةٍ وَتِسْعَةَ عَشَرَ رَجُلًا فَاسْتَقْبَلَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقِبْلَةَ ثُمَّ مَدَّ يَدَيْهِ فَجَعَلَ يَهْتِفُ بِرَبِّهِ اللَّهُمَّ أَنْجِزْ لِي مَا وَعَدْتَنِي اللَّهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَنِي اللَّهُمَّ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةَ مِنْ أَهْلِ الْإِسْلَامِ لَا تُعْبَدْ فِي الْأَرْضِ فَمَا زَالَ يَهْتِفُ بِرَبِّهِ مَادًّا يَدَيْهِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ حَتَّى سَقَطَ رِدَاؤُهُ عَنْ مَنْكِبَيْهِ فَأَتَاهُ أَبُو بَكْرٍ فَأَخَذَ رِدَاءَهُ فَأَلْقَاهُ عَلَى مَنْكِبَيْهِ ثُمَّ الْتَزَمَهُ مِنْ وَرَائِهِ وَقَالَ يَا نَبِيَّ اللَّهِ كَفَاكَ مُنَاشَدَتُكَ رَبَّكَ فَإِنَّهُ سَيُنْجِزُ لَكَ مَا وَعَدَكَ 

“Ketika hari Badar, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memandang kaum musyrikin yang berjumlah seribu orang, sementara pasukannya 319 laki-laki, maka Nabi menghadap qiblat lalu mengangkat tangannya dan YAHTIFU (BERTERIAK) kepada Rabbnya, “Ya Allah penuhilah kepadaku apa-apa yang telah Kau janjikan kepadaku, Ya Allah datangkanlah kepadaku apa-apa yang telah Kau janjikan kepadaku, Ya Allah jika pasukan Islam ini dikalahkan, maka tidak ada lagi yang menyembah-Mu di muka bumi.” Rasulullah terus menerus demikian, menghadap qiblat dan mengangkat kedua tangannya sampai-sampai selendang di pundaknya terjatuh, lalu Abu Bakar mendekatinya dan mengambil selendang itu serta meletakkannya kembali ke pundak Rasulullah, lalu mengikutinya terus di belakangnya, lalu beliau berkata, “Wahai Nabi Allah, cukup sudah senandung doamu kepada Rabbmu, sesungguhnya Dia akan memenuhi apa-apa yang tekah dijanjikanNya kepadamu.” 


Mengometari doa di atas, Imam An-Nawawiyy berkata,

 وَفِيهِ : اِسْتِحْبَاب اِسْتِقْبَال الْقِبْلَة فِي الدُّعَاء وَرَفْع الْيَدَيْنِ فِيهِ ، وَأَنَّهُ لَا بَأْس بِرَفْعِ الصَّوْت فِي الدُّعَاء 

“Dalam hadits ini, dianjurkan menghadap kiblat ketika berdoa dan mengangkat kedua tangan, dan tidak mengapa mengeraskan suara dalam berdoa.” [Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 12/84]


Dengan demikian, mana dalil orang-orang yang melarang dzikir dan doa berjama’ah selain sikap personal Ibnu Mas’ud yang tidak dilakukan oleh shahabat lainnya? Sikap personal bisa jadi dipengaruhi tendensi tertentu atau ada sentimen pribadi atau ketidaksukaan biasa atau sedang kacau-balau perasaan bawaan diabetes atau tekanan darah tinggi atau orang-orang yang disweeping memang ahli bid’ah di kesehariannya atau faktor lainnya. Nyatanya tidak pernah lagi Ibnu Mas’ud melakukannya. 


Boleh membaca Asmaul Husna secara berjama’ah dan koor (satu suara/nada), baik untuk ta’lim (pembelajaran) atau tahfizh (hafalan) atau wirid. Tidak ditemukan riwayat Nabi melakukan seperti itu bukan otomatis pasti tidak ada riwayatnya. Lagi pula apa yang tidak dilakukan Nabi tidak selalu bid’ah yang harus ditinggalkan. Yang terlarang ialah jika benar-benar tidak ada riwayatnya secara spesifik dari Nabi lalu kita klaim Nabi melakukannya atau ada riwayat Nabi melarang.


Asmaul Husna Universe merupakan lembaga pusat pendidikan, pelatihan, penelitian, dan pengembangan (pusdiklatlitbang) Asmaul Husna. Asmaul Husna Universe berkantor di Jl. Hayam Wuruk no. 1, RT. 03 RW. 05, Sukodadi, Lamongan, Jawa Timur, 62253. Untuk kerjasama bisa melalui 082140888638 atau asmaulhusnauniverse@gmail.com. Harga all varian buku saku lipat harmonika Asmaul Husna @Rp 3.000,- (disc. up to 50 %). Dukung pendirian Asmaul Husna World, sebuah permanent exhibition media pembelajaran dan artefak Asmaul Husna gratis, dengan membeli produk-produk kami.

Oleh Ustadz H. Brilly El-Rasheed, S.Pd., M.Pd., C.Ed. (Founder Asmaul Husna Universe)





 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.